Menerjemahkan Visi, Misi dan Nilai Pancasila
Gejolak politik akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Namun yang lebih mengkhawatirkan adalah keterlibatan anak-anak muda yang, agaknya, makin melupakan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi pemersatu.
SATUHARAPAN.COM - Kondisi kehidupan kebangsaan kita saat ini tengah mengalami pelbagai keprihatinan. Rancang bangun kenegaraan bangsa ini mulai keropos dan rapuh diterpa derasnya ombak penyakit kebangsaan yang datang bertubi-tubi.
Penyakit kebangsaan dimaksud, yang saat ini kian terang jika kita lihat dengan mata telanjang, adalah munculnya golongan yang lebih mengutamakan kepentingan sektoral tinimbang kepentingan kebangsaan dan kenegaraan. Dan bahkan, untuk mencapai tujuan kepentingan kelompok tersebut, mereka rela menginjak, menyikat dan menyikut siapa saja yang tidak sejalan dengan kepentingan mereka. Siapa saja yang tidak sepaham, se-iya dan se-kata dengan golongannya dianggap musuh. Bahkan tidak jarang bagi mereka meneriakkan makian dan hujatan dengan keras dan lantang kepada pihak yang bersebrangan dengan kepentingan kelompok mereka.
Keadaan tersebut tentu sangatlah menyedihkan. Bangsa yang sangat besar ini dibangun dengan sendi-sendi kebhinnekaan yang penuh dengan keragaman. Para pendiri bangsa ini jika mengetahui bahwa hari ini, di tanah air yang ai dirikan dengan kucuran darah, telah hidup kelompok-kelompok yang lebih mementingkan ego sektoralnya, maka pasti ia akan menangis dengan mengelus dada.
Bagaimana tidak, perjuangan dan pengorbanan yang dahulu dilakukan dengan mati-matian demi mendirikan bangsa yang damai, aman dan tentram, kini dirusak oleh kelompok yang baru lahir kemarin sore, yang gemar membuat kegaduhan dan keonaran. Kehadiran kelompok tersebut sangatlah mencederai kehidupan perdamanain yang sangat dicita-citakan oleh para pendiri bangsa kita.
Dan yang lebih memprihatinkan lagi, generasi muda kita saat ini telah banyak yang direkrut dan menjadi golongan perusak kehidupan perdamaian tersebut. Pemuda yang kita harapkan menjadi pemimpin di masa yang akan datang, juga menjadi perawat perdamaian di masa mendatang, kini banyak yang telah menjadi anggota kelompok yang kontra perdamaian. Jika tidak ada perisai yang membentengi pemuda kita, maka pemuda kita akan dengan sangat mudah direkrut dan bergabung dengan kelompok mereka.
Lantas perisai apakah yang kiranya bisa dan mampu membentangi pemuda dari serangan idiologi kelompok kontra perdamaian? Jawabannya adalah dengan menguatkan pendidikan idiologi kebangsaan kita, yaitu ideologi pancasila.
Nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam Pancasila sangatlah perlu untuk dihadirkan sebagai upaya mengatasi masalah kehidupan kebangsaan. Sebagai bangsa yang besar dan majemuk, kita hendaknya tetap berpegang teguh pada nilai-nilai yang termaktub di dalam Pancasila. Nilai-nilai tersebut mestinya mampu untuk kita terjemahkan dalam semua lini kehidupan kebangsaan. Mulai dari kehidupan sosial, budaya, ekonomi dan politik. Penterjemahan nilai-nilai luhur pancasila bisa kita transfer melalui jalur pendidikan. Pendidikan Pancasila sangatlah penting untuk kita kuatkan. Utamanya bagi para generasi muda. Sebab jangan sampai generasi muda kita malah merasa asing dengan ideologi bangsanya sendiri.
Generasi muda kita haruslah paham dan mengerti isi dan kandungan nilai-nilai luhur Pancasila. Nilai-nilai tersebut sebagaimana yang telah tertulis pada lima butir Pancasila. Pertama, nilai ketuhanan. Nilai ketuhanan merupakan induk dari semua nilai yang terkandung di dalam pancasila. Siapa saja yang hidup di Indonesia, maka harus menjadi manusia yang berketuhanan. Karena manusia yang berketuhanan adalah manusia yang mengedepankan nilai-nilai ketuhanan itu sendiri, salah satunya adalah cinta terhadap perdamaian, menghargai perbedaan sehingga kehidupan yang toleran bisa tercipta ditengah kehidupan kebangsaan yang majemuk. Ini yang harus ditanamakan pada generai muda kita.
Kedua, nilai kemanusiaan. Nilai kemanusiaan ini perlu untuk di hadirkan pada kehidupan kebangsaan. Di mana permasalahan bangsa kita saat ini adalah banyak manusia yang tidak bisa memanusiakan manusia. Sehingga sering kali timbul ketidakadilah sesama manusia. Jika sesama manusia bisa memanusikan manusia, maka yang tercipta adalah kehidupan yang adil dan beradab. Jadi pendidikan untuk memanusiakan manusia inilah yang harus kita kuatkan agar bisa menciptakan kehidupan kebangsaan yang adil dan beradab.
Ketiga, nilai persatuan. Nilai inilah yang senentiasa harus kita jaga. Bahwa bangsa ini dibangun di atas keragaman, kebhinekaan dan kemajemukan. Namun, kita haruslah tetap menjunjung tinggi nilai kesatuan bangsa. Semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” haruslah senantiasa kita dengungkan. Jika belakangan ini bermunculan golongan yang mencoba untuk memecah persatuan kita, maka dengan tulisan ini saya tegaskan, bahwa saya sebagai generasi muda tidak akan gentar dalam menjaga kesatuan dan persatuan bangsa ini.
Keempat, nilai kerakyatan. Bahwa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini terdapat banyak perbedaan yang mencolok. Perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Maka dalam perbedaan tersebut terdapat pelajaran untuk saling menghargai antar sesama. Perbedaan yang kemudian bisa menciptakan permusyawarahan untuk mencapai mufakat. Sehingga akan tercipta kehidupan berdemokrasi yang harmonis dan yang bisa menghargai sesama.
Dan yang kelima adalah nilai keadilan. Nilai keadilan ini merupakan muara dari semua nilai Pancasila. Yaitu agar terciptanya keadilan bagi semua, bukan hanya bagi segelintir golongan saja. Jika setiap kita mampu berbuat adil, setidaknya adil pada diri sendiri saja dulu, maka keadilan sosial pada sesama kemungkinan besar akan bisa tercapai.
Dengan demikian, nilai-nilai Pancasila haruslah senantiasa kita jaga, kita rawat dan kita lestarikan. Basis-basis pendidikan pada pancasila haruslah kita kuatkan, utamanya untuk para generasi muda penerus bangsa. Agar nilai-nilai luhur pancasila tersebut tetap terjaga.
Penguatan pendidikan Pancasila untuk generasi muda bertujuan agar generasi muda mampu menerjemahkan visi, misi dan nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Jika generasi muda saat ini ternyata tidak mampu menerjemahkan visi, misi dan nilai Pancasila tersebut, saya khawatir jika bangsa ini akan mengalami pembusukan secara internal.
Wallahu a’lam bish-shawab!
Penulis adalah anggota Kaukus Penulis Aliansi Kebangsaan
Editor : Trisno S Sutanto
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...