Mengatasi Krisis Pemimpin dan Kepemimpinan
SATUHARAPAN.COM - Beberapa hari ini, hati publik dibuat gundah dan resah terhadap pemimpin yang berperilaku flexing, memamerkan harta kekayaannya di sosial media. Tak terkecuali bukan hanya segelintir pejabat, namun anak dan istrinyapun pamer harta kekayaan berlagak sok hebat. Perilaku ini sudah disindir dan sekaligus diingatkan oleh Presiden Jokowi, betapa memprihatinkan ditengah-tengah pelayanan publik yang belum memuaskan dan menyejahterakan rakyat, malah seolah pamer harta dan berlaku sok kuasa ini kian merajalela. Apakah ini adalah sinyalemen adanya krisis pemimpin dan kepemimpinan di bangsa ini? Bagaimana kita seharusnya menyikapinya? Pepatah bijak menyebutkan bahwa “ikan busuk dari kepalanya”, maka peran pemimpin dan bagaimana kepemimpinan dijalankan adalah faktor pentingnya tumbuhnya suatu keluarga, lembaga dan bangsa.
Jika kita telusuri di mesin pencarian maka ada ribuan istilah dan definisi pemimpin dan kepemimpinan. Beberapa pengertian dari kepemimpinan adalah proses dimana seorang pemimpin dengan cara persuasif atau dengan contoh, mempengaruhi pengikutnya untuk mencapai tujuan dari kelompok tersebut. Dengan kata lain, kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi aktifitas dalam kelompok yang terorganisir dengan usahanya mencapai tujuan dan pencapaian dari seorang pemimpin (Stogdill, 1950). Pengertian lain dari kepemimpinan adalah bentuk tertentu dari interaksi sosial dimana individu yang bekerja sama saling mempengaruhi dan memberi motivasi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama dan tujuan individu (Forsyth, 1999). Dari salah satu pandangan ini, kepemimpinan melibatkan proses mempengaruhi dimana pemimpin memiliki pengaruh pada lainnya dengan mengajak untuk berprilaku dengan pola tertentu (Bryman, 1996).
Pengertian- pengertian ini memiliki kesamaan pada penekanan bahwa pemimpin dan kepemimpinan berhubungan dengan kemampuan untuk membentuk perilaku anggota dalam kelompok, organisasi, atau masyarakat. Lebih jauh lagi, kepemimpinan melibatkan kemampuan lebih dari mencapai perubahan dalam perilaku yang mengalir dari paksaan yang terhubung dengan kepemilikan kekuatan atau bujukan terhubung dengan kemampuan untuk mendapat hadiah yaitu model ‘perintah dan kontrol’ motivasi (Tyler dan Blader, 2000). Jadi pemimpin dan kepemimpinan memiliki peran vital dan pengaruh untuk mencapai tujuan suatu komunitas entahkah organisasi atau suatu bangsa.
Pemimpin Dalam Organisasi
Haruslah diakui bahwa semua organisasi dan suatu bangsa memerlukan figur pemimpin yang bisa menggerakkan seluruh komponen untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan haruslah mampu memberikan pengaruh yang positif terhadap organisasi dan bangsa berupa motivasi dan memberikan inspirasi arah kebijakan yang positif bagi keberlangsungan organisasi dan bangsa yang dipimpinnya. Kepemimpinan dalam organisasi juga diharapkan dapat menjaga kelestarian organisasi melalui pengkaderan generasi penerusnya sehingga tujuan organisasi dan budaya organisasi yang sudah terbentuk dapat dilestarikan sedangkan budaya yang buruk dapat diperbaiki. Hal ini dapat mencegah terjadinya krisis kepemimpinan dalam organisasi dan suatu bangsa. Ketiadaan kader yang bisa meneruskan tugas kepemimpinan menjadikan ancaman bagi keberlangsungan organisasi tersebut. Menurut sosiolog Tamrin F Tomagola bangsa Indonesia mengalami krisis kepemimpinan yang dapat dilihat dari 3 (tiga) aspek yaitu: stok suplai kuantitas pemimpin yang terbatas, pemusatan kekuasaan pemimpin oleh oligarki atau (didominasi oleh sekelompok itu-itu saja), dan sulitnya mencari pemimpin yang berkarakter (terbukti banyak pemimpin yang ditangkap KPK karena korupsi, kolusi dan nepotisme) .
Dari sisi politik dapat dilihat bahwa krisis kepemimpinan juga turut menyumbang terjadinya kemiskinan dan pemiskinan bangsa Indonesia karena kealpaan kewajiban pemimpin bangsa. Perilaku dan sepak terjang pemimpin bangsa kerap kali alpa terhadap kewajiban untuk berjaga dan waspada serta peduli terhadap nasib rakyat. Sejatinya pemimpin bangsa dipilih langsung oleh rakyat dengan harapan-harapan segudang. Ekspektasi rakyat pada masa pemilihan umum adalah supaya sang pemimpin mau berjuang keras, mau berkorban pikiran, tenaga dan waktunya. Sang pemimpin diharapkan untuk memikirkan dan mengabdikan seluruh daya dan tenaganya bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Persis seperti janji-janji mereka yang dinyatakan waktu kampanye sebelumnya. Dalam konteks tanggung-jawab dan kewajiban, kemiskinan disebabkan oleh kealpaan kewajiban. Karena disitu tidak ada keberpihakan kepada rakyat (tidak pro-rakyat). Seorang pemimpin semestinya senantiasa terjaga dan sadar. Terjaga melakukan karya layanan kepada rakyat. Sadar untuk memimpin, menuntun dan mengarahkan serta menjadi teladan dalam tutur kata dan perilaku yang benar, baik dan tepat. Maka kita harus juga cerdas membaca, bijak memilah dan memilih pemimpin, khususnya dalam kontestasi pilkada ataupun pilpres dan pileg tahun 2024. Jangan memilih pemimpin yang berbusa-busa tebar pesona dan wacana, namun tak mau bekerja menghadirkan sejahtera. Pilih pemimpin yang sudah teruji dan terbukti memimpin dalam skala yang lebih kecil. Sabda bijak menyatakan “barang siapa setia dalam perkara-perkara kecil, maka ia setia juga dalam perkara-perkara besar”
Gereja dan Pemimpinnya
Jika diatas kita sudah melihat pentingnya kepemimpinan membawa peradaban suatu komunitas dan organisasi, maka sejatinya setiap organisasi harus menata diri untuk menyiapkan pemimpin-pemimpin masa depan. Gereja adalah bagian dari suatu masyarakat dan bangsa. Gereja bisa disebut organisme sekaligus organisasi juga memiliki unsur kepemimpinan di dalamnya. Tuhan Yesus sendiri beberapa kali di Alkitab berbicara langsung tentang topik Kepemimpinan. Di dalam Alkitab, Tuhan Yesus memilih 12 (dua belas murid) dan kriteria yang disampaikan Yesus bahwa kualifikasi penting untuk memimpin adalah kedalaman rohani/kualitas spiritualitas pemimpin itu (Lukas 6:39-49), Yesus berbicara tentang kualifikasi pemimpin adalah karakternya. Namun tentunya tidak hanya karakter, karena aspek lainnya juga penting yaitu komitmen dan kompetensinya.
Hal kedua yang dibicarakan Yesus tentang kepemimpinan di gereja (kepemimpinan Kristen) adalah gaya kepemimpinan. Dan Yesus menyebutkan dan meneladankan suatu gaya kepemimpinan yaitu tentang Kepemimpinan yang Melayani (Markus 10:43). Yesus mengingatkan bahwa pemimpin hendaknya melayani pengikutnya dan memperlengkapi mereka melalui keteladanan atau menjadi role model, memberi motivasi melalui visi yang jelas, menstimulasi intelektualitas mereka untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan cara yang kreatif dan semangat yang tak mudah menyerah, serta memperhatikan setiap individu sebagai subyek bukan obyek, (orang Jawa memakai istilah di uwongke atau dimanusiakan). Dengan demikian hal sederhana yang bisa kita praktekkan dan lakukan di area dimana kita berada, entah di dalam keluarga, gereja serta tempat kerja kita 3 (tiga) hal penting yang perlu diingat adalah: pertama, pemimpin memegang peran penting dalam organisasi, lembaga apapun karena memberi pengaruh dan menjamin kelangsungan suatu komunitas dan mengarahkan peradaban. Kedua, Karakter pemimpin merupakan faktor penting karena menjadi fondasi dari komitmen dan kompetensi yang dikerjakannya sebagai pemimpin. Ketiga, pendekatan atau gaya kepemimpinan yang diteladankan Yesus adalah kepemimpinan yang melayani. Kepemimpinan yang melayani memberikan diri dan pengabdian terbaik untuk kesejahteraan pihak yang dipimpin. Selamat mempersiapkan pemimpin pemimpin kini dan masa depan. Kita berharap kedepan dapat diasah, diasuh, dilatih, dan dihasilkan pemimpin yang hebat, namun merakyat. Pemimpin yang berhati nurani, tak hanya obral janji. Pemimpin yang bekerja bersama, bukan yang sok kuasa dan tidak berbuat apa-apa. Pemimpin yang mampu memberi, bukan mencuri. Kita berharap dan berdoa dan memperjuangkan hadir dan lahir pemimpin seperti itu. Semoga.
Jakbar Tanam Ribuan Tanaman Hias di Srengseng
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Barat menanam sebanyak 4.700...