Theologia Pembasuhan: Antara Kaki dan Hati Yang Kotor
SATUHARAPAN.COM - Kaki merupakan anggota tubuh manusia yang berada paling bawah. Kaki juga lazimnya dibuat berjalan. Bagi mereka yang tidak menggunakan alas kaki, maka kaki akan sangat mungkin menjadi kotor dan berdebu. Tak jarang kaki juga berpotensi terkena duri ataupun benda-benda tajam. Walaupun menggunakan sandal atau sepatu alas kaki, sangat jarang kaki akan dibersihkan orang lain. Umumnya bagian kaki, akan kita bersihkan sendiri saat cuci kaki ataupun mandi. Jaman sekarang kita sudah bisa menemukan perawatan kaki, pedicure dan medicure. Kaki akan direndam di air hangat dan disikat supaya kulit ari yang sudah rusak bisa terkelupas diganti yang baru. Kuku yang panjang dipotong dan dirapikan, bahkan disikat lembut hingga mengkilat. Siapa yang mau mengerjakan pekerjaan ini? Tentu bukan seorang bos atau CEO perusahaan. Pekerjaan ini biasanya dikerjakan seorang pelayan atau kalau kita pergi ke salon kecantikan, maka akan dilakukan oleh terapis profesional dan kadang dibayar dengan harga yang lumayan. Tak ada yang mau melakukannya dengan gratisan.
Membasuh Kaki
Jika jaman dahulu, yaitu jaman Yesus, tugas pembasuhan kaki dilakukan oleh seorang pelayan, maka saat ini kita memaknai bahwa hal tersebut merupakan ekspresi kerendahan hati. Jalan-jalan di Palestina tidak rata dan tidak bersih. Dalam cuaca kering selalu ada debu yang melekat di kaki dan dalam cuaca basah adalah lumpur cair. Sepatu yang dipakai masyarakat saat itu adalah sandal, yang hanya merupakan sol yang diikatkan ke kaki dengan beberapa tali. Jadi sedikit perlindungan kaki terhadap debu atau lumpur jalan. Oleh karena itu selalu ada tempayan besar di depan pintu rumah; dan seorang pelayan ada di sana dengan guci dan handuk untuk mencuci kaki kotor para tamu saat mereka masuk. Sahabat-sahabat Yesus yang adalah tuan rumah, mereka tidak memiliki pelayan. Tugas-tugas yang akan dilakukan oleh para pelayan di lingkungan yang lebih kaya harus mereka bagikan satu sama lain. Sangat mungkin bahwa pada perjamuan malam terakhir mereka telah membuat diri mereka menjadi para bos pembesar sehingga tidak satu pun dari mereka akan menerima tugas untuk memastikan bahwa air dan handuk ada di sana untuk mencuci kaki. saat mereka masuk; dan Yesus membasuh kaki mereka dengan cara yang paling jelas dan luar biasa.
Beberapa kejadian dalam kisah Injil begitu mengungkapkan karakter Yesus dan begitu sempurna menunjukkan kasih-Nya. Ketika kita berpikir tentang pribadi Yesus dan tentang apa yang telah dia lakukan, keajaiban tertinggi tentang siapa DIA dan apa yang dia lakukan datang kepada kita. Namun apakah sejatinya tujuan Tuhan Yesus yang adalah Guru dan Tuhan mau membasuh kaki para muridNya? Bukankah Yesus adalah Tuhan, Mesias dan Raja. Mengapakah DIA bersedia membasuh kaki para muridNya. Pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus memiliki tujuan menjamah dan mengubah hati para muridNya tentang kerendahan hati dan kesediaan melayani. Membasuh Kaki merupakan tindakan pelayanan. Perihal basuh membasuh, cuci mencuci telah menjadi menjadi kebiasaan yang harus dilakukan dengan taat dan rendah hati.
Selama masa pandemi kita terbiasa dengan CPTS: Cuci Tangan Pakai Sabun. Cara CTPS yang benar adalah dengan memakai sabun dan air mengalir. Alasan dibaliknya adalah bahwa sabun terdiri dari rantai karbon hidrofobik yang melekat pada kuman di tangan yang disabuni dan membentuk molekul yang sangat halus. Ketika tangan dibilas air, sabun menggelontorkan molekul tersebut bersama kuman dan air bilasan. Dengan mekanisme inilah sabun mampu memutus rantai penyebaran kuman penyebab penyakit menular. Karena hal tersebut adalah PHBS merupakan kependekan dari Pola Hidup Bersih dan Sehat. Sedangkan pengertian PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan karena kesadaran pribadi sehingga keluarga dan seluruh anggotanya mampu menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta memiliki peran aktif dalam aktivitas masyarakat. Dengan demikian pembasuhan kaki bukan saja menjadi tradisi, melainkan juga memiliki relevansi tentang nilai kebersihan diri dan makna spiritualitas dan rohani hingga masa kini.
LAI memberikan judul perikop ini dengan Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya. Dikisahkan dalam Injil yang kita baca menyatakan bahwa 13:1 Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya. Menjelang akhir hidupnya di dunia dan pelayananNya, Yesus sudah mengetahui kapan waktuNya tiba untuk DIA kembali kepada BapaNya. Namun kasih Yesus kepada murid-muridNya ditegaskan kembali disini. Kasih seorang guru kepada murid-muridNya, kasih Allah kepada umat yang disayangiNya.
Selalu Ada yang Kotor
13:2 Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia. Dalam perjamuan malam terakhir atau the Last Supper, salah seorang muridNya yaitu Yudas Iskariot memiliki rencana jahat untuk mengkhianatinya. Bagaimana mungkin disaat makan bersama ada kekotoran hati dan pikiran yang terbersit dari salah satu muridNya. Alkitab menggambarkan kejahatan kotor itu dengan kata Iblis telah membisikkan yang ditulis dengan bahasa aslinya “ballo” yang artinya membuang, atau melemparkan dan meletakkan rencana yang jahat di hati yang kotor Yudas Iskariot untuk mengkhianatinya yaitu menyerahkan Yesus untuk ditangkap Imam-Imam Kepala, Ahli-Ahli Taurat dan Tentara-tentara Romawi. Hati yang kotor itu tidak menciptakan persekutuan, melainkan persengkokolan busuk untuk membunuh dan membinasakan Sang Mesias dengan cara yang licik dan keji. Yesus juga mengetahui hal ini. Dia sangat sadar bahwa dia akan dikhianati. Pengetahuan seperti itu mungkin bisa dengan mudah mengubahNya menjadi kepahitan dan kebencian; tapi itu tidak membuat hatinya kehabisan Cinta yang lebih besar dari sebelumnya. Hal yang mengherankan adalah semakin banyak manusia yang menyakitinya, semakin Yesus mengasihi mereka. Sangat mudah kita mengalami untuk membenci orang-orang yang telah membenci dan melukai kita. Sangat mudah juga kita menjadi pahit di bawah hinaan dan luka; tetapi Tuhan Yesus menghadapi luka terbesar dan ketidaksetiaan tertinggi, dengan kerendahan hati terbesar dan cinta kasih yang tertinggi.
13:3 Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah. Yohanes 13 mengisahkan mengenai ketaatan Yesus kepada kehendak BapaNya. Jika saatnya sudah tiba, siapa yang bisa menghentikannya? Tidak pernah ada keraguan bahwa penebusan dunia akan mengorbankan hati Tuhan yang hancur. Tuhan Yesus tahu apa yang sedang dan akan terjadi. Dia tahu harga penebusan dosa yang dipikulNya bagi anusia dan dia siap membayarnya. Dia tidak ingin murid-muridnya berpikir bahwa Yesus terjebak dalam jaringan situasi dan keadaan dimana dia tidak dapat melarikan diri. Dia tidak akan dibunuh; justru DIA memilih untuk mati menanggung dosa dan kesalahan manusia yang hatinya kotor dan jahat. Jika saatnya telah tiba siapa yang dapat menolaknya Dia tahu segala waktu dan masa, dan menjalaniNya dengan tidak ragu dan malu. Misi penyelamatan yang diembanNya harus melalui jalan berliku berbagai perjalanan menuju salib dan derita. Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah. Mengapa Yesus menjalani semua itu dengan taat dan rendah hati? Ini menjadi refleksi bagi kita bersama bahwa diantara orang baik selalu ada yang berkumpul ada 1-2 orang yang hatinya kotor dipenuhi dengan maksud-maksud jahat yang tersembunyi. Yesus tidak menghindari orang-orang demikian, namun justru Yesus menunjukkan kesiapan dan peringatannya kepada mereka supaya berbalik dari kekotoran hati kepada pertobatan diri. Yang dilakukan Tuhan Yesus adalah menjamah hati mereka, melalui tindakan nyata yaitu keteladanan melayani dengan rendah hati. Jika kita bandingkan dengan kisah di Lukas tentang perjamuan terakhir , kita menemukan kalimat tragis: "Di antara mereka juga timbul perselisihan, siapa di antara mereka yang dianggap paling besar" (Lukas 22:24). Para murid berdebat tentang prestise dan bukan prestasi yang menimbulkan perselisihan diantara mereka sendiri.
Menjamah Hati
13:4 Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, 13:5 kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu. Mencuci kaki para tamu di sebuah acara pesta adalah tugas seorang pelayan, seorang budak (doulos). Murid-murid Yesuslah yang seharusnya memberikan pelayanan terbaik kepada guruNya. Namun justru sebaliknya, tetapi pelayanan seperti ini tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Dimana seorang yang ketika itu disebut sebagai “GURU”, sebagai “Rabi”, berkenan untuk membasuh kaki murid – murid-Nya. Yesus menanggalkan jubahNya (ayat 4). Menanggalkan adalah Bahasa Yunaninya adalah Titemi (menyerahkan dan memberikan nyawaNya).
Peristiwa pembasuhan kaki bukan hanya pendemonstrasian kerendahan hati, penghambaan yang menuntun menciptakan sikap persahabatan, terciptanya komunitas sahabat. Adegan hamba sudah diambil Yesus, sehingga terciptalah relasi persahabatan. Yohanes 15:15 Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Efeknya adalah tindakan saling membasuh, tidak lagi tuan kepada hamba, atau sebaliknya hamba kepada Tuan. Tetapi supaya tercipta sebuah persahabatan. Ayat 14: “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu”. Kata membasuh disitu memakai kata nipto Bahasa Yunani yang artinya membasuh atau mencuci tangan, kaki dan wajah. Bagian tubuh yang sering terkena debu atau kotoran atau bahkan virus.
Ia berkenan untuk membasuh bagian yang paling kotor dari manusia (kaki), namun tidak hanya kaki, namun hati dan seluruh hidup kita dibasuhNya. Melalui peristiwa pembasuhan kaki ini, Tuhan Yesus hendak memberikan teladan nyata, Ia bukan hanya mengajarkan, tetapi juga memberi contoh nyata, apa itu yang dimaksud dengan MELAYANI dengan RENDAH HATI. Tidak pernah ada dalam sejarah sebelumnya, yang melakukan seperti yang dilakukan oleh Yesus. Kualifikasi integritas cara hidup Yesus yang telah membuat kasih itu menjadi sangat kongkrit. Mau berada dalam posisi yang “rendah” meski realitanya Ia adalah Tuhan, Sang Pemilik Semesta, mau membersihkan bagian yang paling hina dari tubuh seseorang. Jika kita renungkan situasi ini mengajarkan kita untuk rendah hati?
Ada sebuah kisah legenda Santo Fransiskus dari Assisi. Di masa-masa awalnya dia sangat kaya; Dia memiliki yang terbaik yang cukup baik baginya; dia adalah seorang bangsawan yang sangat kaya. Tapi dia merasa tidak nyaman dan tidak ada kedamaian dalam jiwanya. Suatu hari dia sedang berkendara sendirian di luar kota ketika dia melihat seorang penderita kusta, banyak luka mengangga pada tubuh si kusta, pemandangan yang mengerikan. Biasanya Fransiskus yang suka berkomentar itu akan mundur ketakutan dari kehancuran kemanusiaan yang mengerikan ini. Tapi sesuatu bergerak dalam dirinya; dia turun dari kudanya dan memeluk penderita kusta itu; dan saat dia memeluknya, penderita kusta itu berubah menjadi sosok Yesus. Kisah legenda itu ingin mengingatkan bahwa “Semakin dekat kita dengan umat manusia yang menderita, semakin dekat kita dengan Tuhan Yesus”.
Firman Tuhan ini tidak hanya menekankan pahitnya ketidaksetiaan, melainkan juga menekankan kemuliaan kesetiaan. Suatu hari para murid yang sama ini akan membawa pesan Yesus yaitu Injil Kabar Baik Kerajaan Allah ke dunia. Ketika mereka melakukannya, mereka tidak lain adalah wakil dan duta Kristus itu sendiri. Seorang duta tidak lagi sebagai individu pribadi, hanya dipelerngkapi dengan kualitas dan kualifikasi pribadinya sendiri. Dia pergi dengan segala kehormatan dan kemuliaan negaranya yang diwakilinya. Mendengarkan dia berarti mendengarkan negaranya; menghormatinya berarti menghormati negara yang diwakilinya; menyambutnya berarti menyambut penguasa yang mengutusnya. Kehormatan besar dan tanggung jawab besar menjadi seorang Kristen yang berikrar adalah bahwa kita berdiri di dunia untuk Yesus Kristus. Kami berbicara untuknya; kita bertindak untuknya. Kehormatan Yang Abadi yaitu sebagai duta-duta Kristus ada di tangan kita untuk membasuh kaki dan menjamah hati sesama.
Refleksi Diri
Seringkali diberbagai tempat di keluarga, di masyarakat bahkan di gereja, adakah yang sedia membasuh kaki? Berperan sebagai hamba dan pelayanan untuk berperan sebagai pelayan bagi Tuhan dan sesama. Begitu sering bahkan kita tersinggung karena tidak merasa menerima prioritas yang menjadi hak atas jabatan dan kedudukan kita? Apakah mungkin justru bukan saja kaki kita yang masih kotor yang perlu dibersihkan dibasuh oleh Yesus? Namun hati dan pikiran kita masih kotor yang berjejal keinginan untuk berkuasa katimbang melayani, keinginan dipuji dan disanjung daripada merendahkan hati untuk melayani sesama terutama yang paling hina? Apakah yang kita utamakan prestise atau prestasi? Setiap kita dipanggil untuk taat dan setia dengan rendah hati, saling membasuh kaki karena Tuhan Yesuspun sudah melakukannya untuk kita semua. Kita dipanggil untuk saling menjamah hati, karena hati adalah pusat kehidupan dengan melayani dengan kesetiaan. Tuhan Yesus sudah membasuh kaki dan menjamah hati kita semua.
Dia jamah segenap hidupku
Dan b'ri damai di hatiku
Semua berubah dan aku tahu
Yesus jamah ku jadi baru
Dia jamah segenap hidupku
Dan b'ri damai di hatiku
Semua t'lah berubah dan aku tahu
Yesus jamah ku jadi baru
"Mari semua yang letih lesu dan berbeban berat datanglah pada Yesus"
Tertindih dengan beban berat
Dosa dunia mendera
Lalu ku datang pada Yesus
Dia ubah ku jadi baru
Dia jamah segenap hidupku
Dan b'ri damai di hatiku
Semua berubah dan aku tahu
Yesus jamah ku jadi baru
Yesus jamah segenap hidupku
Dan b'ri damai di hatiku
Semua t'lah berubah dan aku tahu
Yesus jamah ku jadi baru
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...