Mengenal Konklaf Dalam Gereja Katolik
JAKARTA - Conclave, atau disebut juga konklaf dalam Bahasa Indonesia, merupakan sebuah ritual khas dari Gereja Katolik yang dilakukan untuk memilih Sri Paus, pemimpin tertinggi dalam Gereja. Kata conclave berasal dari bahasa Latin: cum yang berarti bersama, dan clavis yang berarti kunci. Konklaf yang terbaru diadakan pada tanggal 12 Maret 2013, setelah pengunduran diri Paus Benediktus XVI pada tanggal 28 Febuari 2013. Dari konklaf ini, Gereja akhirnya sudah memiliki paus baru yang menggantikan Benediktus XVI, yakni Paus Fransiskus.
Setelah pengunduran diri Paus Benediktus XVI, terjadi situasi yang disebut dalam bahasa Latin sebagai Sede Vacante, yang berarti Kekosongan Tahta dalam bahasa Indonesia. sejak Sede Vacante dimulai, para kardinal dari seluruh dunia akan datang ke Vatikan untuk menentukan siapa yang akan menjadi paus berikutnya.
Konklaf sendiri sebetulnya terdiri dari beberapa bagian dan memiliki tata cara yang unik. Konklaf melibatkan kardinal dari seluruh dunia, yang berkumpul di Kapel Sistina, Vatikan, untuk bersama-sama memungut suara dalam menentukan paus yang baru. Pada konklaf tahun ini, ada 115 kardinal pemilih, yang mana kardinal pemilih adalah kardinal yang belum berusia lebih dari 80 tahun.
Prosesi awal konklaf
Konklaf terdiri dari beberapa prosesi yang harus dijalani oleh para kardinal pemilih. Konklaf akan dimulai dengan misa pembukaan konklaf di Basilika Santo Petrus. Misa yang disebut Pro Eligendo Romano Pontifice, atau Misa Pemilihan Paus Roma ini, dipimpin oleh pemimpin kollegium para kardinal. Misa ini terbuka untuk seluruh umat Katolik, termasuk semua kardinal pemilih dan bukan pemilih.
Misa Pemilihan Paus Roma bertujuan untuk meminta berkat Tuhan agar konklaf berjalan dengan lancar, dan Roh Kudus menyertai para kardinal, agar mereka dapat memilih paus baru yang sungguh-sungguh sesuai dengan kehendak Tuhan.
Setelah misa, pada sore harinya semua kardinal pemilih akan diarak dalam suasana khusyuk untuk masuk ke dalam Kapel Sistina. Perarakan ini akan dikawal oleh Garda Swiss dan Polisi Italia. Hal ini untuk mencegah orang yang tidak berkepentingan dan bukan kardinal pemilih untuk masuk ke dalam kapel, dan mencegah para kardinal pemilih melakukan kontak dengan orang lain sebelum mereka masuk ke dalam kapel.
Setibanya di Kapel Sistina, para kardinal pemilih akan menempati kursi masing-masing yang sudah disiapkan sebelumnya. Setelah semua kardinal pemilih memasuki ruangan dan persiapan sudah selesai, maka Master Seremoni Papale, akan mengatakan Extra Omnes, yang berarti semua orang yang tidak berkepentingan agar keluar dari kapel. Setelah itu pintu kapel akan ditutup, dan konklaf resmi dimulai.
Kapel Sistina juga akan menjadi rumah sementara para kardinal selama konklaf berlangsung, karena mereka tidak diperkenankan untuk pergi keluar, atau melakukan komunikasi dengan dunia luar. Selain itu semua bentuk komunikasi seperti jaringan telepon, televisi, internet, dan media cetak akan diputus selama konklaf masih berjalan.
Sistem pengambilan suara. Para kardinal pemilih tetap boleh saling berbicara satu sama lain, asalkan tidak menyinggung hal apapun yang terkait konklaf.
Sistem pengambilan suara
Pada hari pertama konklaf, pemimpin kollegium kardinal akan menentukan 3 nama kardinal termuda untuk membantu jalannya penghitungan suara, misalnya seperti menghitung kertas suara. Jika konklaf berlangsung cukup lama, maka bisa dipilih 3 nama lainnya dari kardinal termuda yang hadir di sana.
Dalam konklaf, bisa diadakan hingga 4 kali pengambilan suara dalam satu hari. Dua kali dilakukan pada pagi, dan dua kali pada sore hari. Pengambilan suara akan terus diulang selama paus baru belum ditentukan.
Pemungutan suara akan dimulai dengan pembagian selembar kertas suara berukuran 4 DIN, atau seperempat A4. Kertas suara itu bertuliskan kalimat dalam bahasa Latin: Eligo in Sumum Pontificem Meum, yang berarti Saya memilih Pemimpin Tertinggiku. Di bawahnya akan terdapat ruang untuk para kardinal menuliskan nama calon yang mereka tunjuk.
Setelah menuliskan nama calon, para kardinal akan dipanggil maju ke depan altar sesuai dengan nama dan jabatan mereka. Di altar terdapat sebuah piala atau tempayan yang dipakai untuk memasukan surat suara yang dilipat menjadi ukuran 2 kali 2 centimeter. Sebelum meletakan surat suara itu, kardinal pemilih akan mengacungkan surat itu tinggi-tinggi di hadapan kardinal lainnya, untuk membuktikan bahwa dia sudah memilih, kemudian dia berlutut dan mengucapkan doa singkat.
Proses tersebut akan terus diulang hingga semua kardinal pemilih yang hadir selesai menyalurkan suara mereka. kemudian akan dilanjutkan dengan pengumpulan dan penghitungan surat suara yang dilakukan oleh tiga kardinal muda yang dipilih sebelumnya.
Penghitungan suara akan dinyatakan sah jika ada dua pertiga kardinal yang hadir memilih calon yang sama. Namun jika penghitungan suara belum mencapai dua pertiga dari jumlah kardinal yang ada, maka akan diadakan putaran pengambilan suara kembali. Lalu, sesuai dengan peraturan baru dari Paus Benediktus XVI, jika pemungutan suara sudah melebihi 30 putaran, maka 2 kandidat yang sebelumnya mendapat suara terbanyak, akan secara otomatis menjadi calon yang harus dipilih kardinal selanjutnya, dan dua orang kandidat itu akan kehilangan hak suara mereka.
Jika sudah terpilih nama baru yang sah, maka calon itu akan ditanyakan kesanggupannya untuk memangku tahta kepausan. Jika calon itu menyetujui, maka konklaf dinyatakan selesai. Namun kalau calon itu tidak menyanggupi, maka konklaf akan memulai putaran selanjutnya.
Pada setiap akhir putaran pengambilan suara, semua kertas suara akan di kumpulkan dan dideretkan dengan menggunakan benang, lalu dimasukan ke oven dan dibakar. Kertas itu sebelumnya sudah ditambahi dengan zat kimia khusus yang akan menghasilkan warna asap tertentu. Asap inilah yang akan keluar dari cerobong kapel, dan dapat dilihat oleh seluruh umat yang menunggu hasil konklaf di luar. Warna putih dan iringan bunyi lonceng dari kapel Sistina menandakan konklaf berhasil menemukan nama paus baru, sedangkan warna hitam menandakan belum selesainya konklaf dan masih mencari kandidat lainnya.
Prosesi akhir konklaf
Jika sudah paus baru yang terpilih dan sudah menyanggupi tugasnya, maka dia akan dipakaikan jubah khusus dan berjalan ke depan altar, menghadap kardinal pemilih lainnya. Para kardinal lainnya akan mengucapkan janji setia kepada paus, dan barulah mereka bertepuk tangan dan mengucapkan selamat. Setelah itu, barulah kertas suara yang diberi zat kimia dengan asap putih dibakar dan lonceng dibunyikan, sebagai tanda bahwa Gereja Katolik sudah memiliki paus baru.
Paus kemudian akan diantar ke sebuah ruangan yang bernama Camera Lacrimatoria, yang berarti Kamar Air Mata. Di sana paus akan beristirahat dan mempersiapkan dirinya sebelum tampil untuk pertama kalinya kepada umat dari atas balkon Basilika Santo Petrus, sembari menunggu kedatangan umat ke lapangan basilika.
Setelah semua umat berkumpul, maka paus akan diantar menuju balkon basilika dengan didampingi dua ajudan dan seorang kardinal diakon yang akan mengumumkan nama paus baru. kardinal diakon akan tampil terlebih dahulu dan mengucapkan Annutio Vobis, gaudium magnum: Habemus Papam, yang berarti Saya mengumumkan kepada kalian sebuah kegembiraan besar: Kita mempunyai seorang Paus., yang kemudian diikuti dengan nama paus baru yang sudah terpilih.
Barulah setelah kardinal diakon menyelesaikan kalimatnya, paus muncul dan menyambut para umat, sambil memberikan pidato singkat. Itu adalah kemunculan perdananya di hadapan umat, setelah terpilih dalam konklaf.
Setelah menyelesaikan pidatonya, paus akan kembali ke sebuah ruangan kamar khusus yang sudah disiapkan. Selama seminggu lamanya, akan dilakukan persiapan dan pemberesan urusan keistanaan. Jika semuanya sudah selesai, paus dan semua kardinal boleh kembali ke ritme kehidupan normal mereka kembali.
Paus baru akan muncul kembali dalam misa perdana yang terbuka untuk semua umat. Dalam misa ini, paus akan menyampaikan misi, visi, dan beragam rencana yang akan ia perbuat selama era kepemimpinannya.
(berbagai sumber)
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...