Loading...
OPINI
Penulis: Albertus Patty 12:27 WIB | Selasa, 18 Juni 2024

Mengucapkan Selamat Hari Raya

Albertus M. Patty. (Foto: dok. Ist)

SATUHARAPAN.COM-Saya punya saudara dekat dan punya banyak sohib yang relasinya kental banget kaya ingus. Hubungan kami sangat akrab. Super dekat. Mungkin ini yang disebut cinta meski kata "cinta" tak pernah terucap. Ibarat amplop dengan perangkonya, kami tidak terpisahkan. Kami menyatu! Senang dan susah dipikul bersama. Makanannya, makananku. Makananku adalah makanannya. We are one! Kami tidak pernah ingat bahwa kami beda agama karena cinta dan persaudaraan melampaui apa pun. Beda pun tak terasa!

Cinta itu aneh karena dia nekad melampaui segala rambu imaginer. Hal ini juga berlaku dalam dunia binatang. Kami sedih karena kucing kami mati. Tetapi, anjing kami yang lebih terpukul. Maklum kucing kami adalah sohib kentalnya. Mereka makan, tidur dan bercanda bareng. Mereka berbeda, tetapi mereka menyatu dalam cinta. Sejak kematian sang kucing, anjing kami tidak mau makan, enggan minum. Akhirnya anjing kami sakit dan ikut mati menyusul sahabatnya. Cinta itu aneh, tetapi mempersatukan yang berbeda! 

Puluhan tahun saya mengucapkan selamat Idul Fitri, Selamat hari raya Waisak atau selamat hari raya Nyepi atau hari raya lainnya kepada saudara dan sohib saya yang memang beragam. Ini bukan saja tentang masyarakat Indonesia yang beragam, tetapi inilah realitas dan identitas diri pribadiku yang beragam.

Aku, dan aku yakin kita semua, adalah manusia hybrid. Setiap orang Indonesia dan bahkan setiap warga dunia adalah makhluk hybrid. Keragaman bukan di luar kami, tetapi di dalam diri kami. Keragaman adalah identitas kami. Bhinneka Tunggal Ika bukan sekadar realitas dan identitas bangsa, tetapi bahkan realitas dan identitas setiap orang. Keragaman itu menyatu pada setiap orang. Hybriditas membuat perbedaan apa pun, termasuk beda agama, tidak menjadi persoalan.

Pada dasarnya kultur apa pun, termasuk agama, adalah hybrid. Dalam bahasa agama biasanya disebut Syncretis, alias percampuran berbagai elemen-elemen! Semua agama pada dasarnya sinkretis. Maklum, agama lahir dan berkembang tidak dalam dunia yang vakum. Agama lahir dan berkembang di tengah keramaian dan hiruk pikuk. Agama selalu mengalami evolusi. Agama yang gagal berevolusi akan jadi barang langka yang akan masuk museum.

Sejak lahirnya hingga kini agama dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Agama dipengaruhi agama-agama lain. Ada proses saling meminjam. Agama juga dipengaruhi faktor sejarah, sosial, ekonomi, politik, perkembangan ilmu pengetahuan-teknologi, dan bahkan juga oleh faktor alam, termasuk cuaca.

Jadi, bukan saja manusianya yang hybrid, agama pun hybrid alias sinkretistik. Dalam diri manusia dan agama-agama terdapat keragaman. itulah identitas sekaligus realitas yang harus diterima  dengan keterbukaan dan cinta. Realitas dan identitas inilah yang telah merekatkan kita semua selama puluhan bahkan ratusan tahun.

Saya yakin, institusi Kristen tidak akan pernah mengeluarkan peraturan berdasarkan dogma dan doktrin Kristen untuk menentang identitas dan realitas kultural dan sosial bangsa ini. Secara personal dan secara sosial, identitas diri kita hybrid, sinkretistik, beragam, tetapi satu dan bersaudara. Jadi, bagi umat Kristen, mengucapkan selamat hari raya bagi umat beragama lain adalah ungkapan cinta, solidaritas dan keakraban yang  melampaui aturan imajiner apa pun.

Bahkan, bila Tuhan pun melarang, umat Kristen akan tetap mengekresikan cinta bagi sesamanya. Tetapi, rasanya Tuhan justru mendukung karena cinta itu berasal dari Tuhan. Dia adalah cinta!

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home