Menjadi Saksi yang Setia
Andaikata dulu Murid-Mu tidak sudi bekerja mengabarkan cinta kasih-Mu pada dunia bercela....
SATUHARAPAN.COM – ”Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu” (Yoh. 20:21). Demikianlah sapaan Yesus yang bangkit kepada para murid-Nya.
Damai sejahtara yang diberikan berlanjut dengan pengutusan. Dengan kata lain, damai sejahtera itu harus ditularkan. Dan sejarah mencatat bagaimana para murid menularkan damai sejahtera itu kepada orang-orang di luar kelompok mereka. Mereka tidak ingin menikmati damai sejahtera itu sendirian. Pada titik ini, mereka sungguh-sungguh menjalankan perintah Yesus.
Bukan Tanpa Konsekuensi
Itu bukan tanpa konsekuensi. Para rasul pun berkali-kali ditangkap dan dihadapkan pada Mahkamah Agama. Imam Besar pun melarang mereka mengajar dalam nama Yesus.
Menanggapi teguran keras itu, Petrus dan para murid lain berikhtiar: ”Kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia” (Kis. 5:29). Itu dilakukan karena para murid meyakini panggilan mereka sebagai saksi. Petrus menegaskan: ”Kamilah saksi dari peristiwa-peristiwa itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang menaati Dia” (Kis. 5:32).
Menjadi saksi memang berisiko. Sebagai saksi, Yohanes pun akhirnya ditangkap dan diasingkan ke Pulau Patmos. Pengasingan merupakan cara penguasa untuk memutus aliran komunikasi. Sebagai makhluk sosial, pengasingan—pemutusan hubungan dengan manusia lain—bisa membuat manusia kehilangan kemanusiaannya, bahkan bisa menjadi gila.
Namun, dalam pengasingannya Yohanes masih mampu memberi salam kepada ketujuh jemaat. Perhatikan awalan surat Yohanes: ”Anugerah dan damai sejahtera menyertai kamu...” (Why. 1:4). Meski diasingkan, Yohanes masih bisa berbagi damai sejahtera kepada orang percaya lainnya. Dia tidak minta dikasihani. Dia malah berbagi kasih.
Persekutuan Sejati
Kok Bisa Ya? Tampaknya, persekutuan dengan Yesus Kristus, Saksi yang setia, memampukan Yohanes setia sebagai saksi. Persekutuan sejati itu tampaknya mewarnai kehidupan pelayanan Yohanes.
Kesetiaan Yesus sungguh terbukti saat Dia menjalankan misi-Nya hingga akhir. Kesetiaan itu terlihat kala Dia berkata: ”Sudah Selesai.” Tak ada lagi pekerjaan rumah. Semua sudah diselesaikan. Tiada yang tersisa. Itulah kesetiaan sejati. Dan ukurannya adalah nyawa.
Persekutuan sejati dengan ”Saksi yang setia” kelihatannya memampukan Yohanes dan para murid lainnya tetap menjalankan tugasnya sebagai saksi hingga akhir. Saudara dan saya adalah bukti dari kesetiaan mereka!
Kemungkinan besar, Saudara juga setuju dengan syair Mangapul PS ini: ”Andaikata dulu Murid-Mu tidak sudi bekerja mengabarkan cinta kasih-Mu pada dunia bercela, maka Injil yang Kauberikan pasti kini tak tersebar, sehingga dunia akan hilang, tetap berdosa, bercemar.” (Kidung Jemaat 429:2).
Untunglah mereka sudi berbagi damai sejahtera! Karena itulah kita memohon: ”Utus kami menjadi saksi yang setia beriman, mengisahkan kasih sorgawi pada orang berbeban.” (Kidung Jemaat 429:3).
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...