Menjadi Sasaran Kekerasan, Wartawan Mesir Tuntut Perlindungan
KAIRO, SATUHARAPAN.COM – Wartawan di Mesir telah berulang kali mengeluh, karena menjadi sasaran oleh pihak polisi dan pendukung presiden Mesir Islamis yang terguling, Mohammed Morsi, ketika meliput bentrokan di antara mereka. Kekerasan terhadap wartawan telah berakibat fatal dalam beberapa kasus.
Menanggapi hal itu, Persatuan Wartawan Mesir membahas asuransi untuk wartawan dan perlindungan atas keselamatan mereka. Ketua Persatuan Wartawan, Diaa Rashwan, bertemu dengan 45 pemimpin redaksi media Mesir hari Rabu (23/4) seperti diolaporkan ahram.org.eg.
Wartawan menghadapi peningkatan risiko ketika meliput peristiwa baru-baru ini di Mesir, menurut Aswat Masriya.
Seorang wartawati (22 tahun) ditembak mati di Kairo pada 28 Maret lalu ketika dia melaporkan tentang bentrokan antara polisi dankelompok Islamis yang memprotes kepala militer Abdel Fattah - El-Sisi.
Awal bulan ini, dua wartawan dari media swasta ditembak ketika meliput bentrokan antara mahasiswa dan polisi anti huru hara di Universitas Kairo.
Sebagai tanggapan, Rashwan menyerukan penghentian terbatas laporan dari lapangan sampai "pihak otoritas keamanan melakukan tugas mereka dalam melindungi wartawan."
Pada 2013, Komite LSM yang berbasis di Amerika Serikat yang bergerak untuk Melindungi Wartawan menyebut Mesir sebagai negara ketiga paling mematikan di dunia bagi wartawan. Dan wartawan Mesir telah mengadakan beberapa kali protes menyerukan perlindungan ketika mereka menjalankan tugas.
Mesir telah diguncang oleh aksi kekerasan sejak pencopotan Mohammed Morsi Juli lalu. Pendukung Morsi menggelar protes setiap hari sejak itu, mereka menolak pemerintah sementara. Dalam aksi itu sering terjadi konfrontasi dan kekerasan antara mereka dan pasukan keamanan.
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...