Menkeu: Asumsi RAPBN 2016 Sesuai Perkembangan Terkini
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan penetapan asumsi dasar ekonomi makro Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2016 dilakukan berdasarkan perkembangan ekonomi terkini.
"Kita berbicara APBN tahun depan, tapi kita mencari asumsi yang serealistis mungkin sesuai perkembangan terkini tanpa meninggalkan optimisme," kata Menkeu saat jumpa pers mengenai Nota Keuangan dan RAPBN 2016 di Jakarta, Jumat (14/8).
Menkeu menjelaskan pemerintah memberikan asumsi pertumbuhan ekonomi 5,5 persen, karena kondisi perekonomian global tahun 2016, berdasarkan perkiraan dari lembaga multilateral seperti Dana Moneter Internasional (IMF) akan lebih baik dari 2015.
"Tahun 2016, global prediksinya 3,8 persen, padahal tahun ini hanya 3,3 persen. Perkiraan setengah persen lebih tinggi dari tahun ini untuk pertumbuhan global, angka yang sangat besar. Ini menunjukkan secara eksplisit ada optimisme 2016 akan lebih baik," ujarnya.
Ia menambahkan angka 5,5 persen tersebut juga masih sesuai dengan range batas bawah 5,5 persen-6,0 persen yang sebelumnya telah diputuskan dalam pembahasan pendahuluan RAPBN 2016 antara pemerintah dengan DPR RI.
"Kita harus realistis tanpa menghilangkan optimisme, apalagi angka asumsi makro pertumbuhan ekonomi 5,5 persen masih lebih tinggi dari angka pertumbuhan ekonomi tahun 2015," kata Menkeu.
Selain itu, asumsi nilai tukar rupiah yang diputuskan Rp 13.400 per dolar AS, sesuai dengan perkembangan ekonomi global yang saat ini terpengaruh dengan rencana penyesuaian suku bunga The Fed serta aksi devaluasi Yuan Tiongkok.
"Kita ambil kurs itu, dengan harapan tahun depan AS sudah lebih `settle` dengan kebijakan The Fed, dan Tiongkok menemukan tingkat tukar yang lebih pas, sehingga gejolak tidak seperti sekarang. Saat ini kurs Rp13.400 yang paling `reasonable`," kata Menkeu.
Ia menambahkan untuk asumsi laju inflasi ditetapkan sebesar 4,7 persen, dengan pertimbangan masih adanya fluktuasi nilai tukar rupiah serta fenomena El Nino yang bisa menyebabkan kekeringan dan berdampak pada musim panen awal tahun 2016.
Asumsi makro lainnya ditetapkan untuk tingkat bunga SPN 3 bulan 5,5 persen, harga ICP minyak 60 dolar AS per barel, lifting minyak mentah 830 ribu barel per hari dan lifting gas 1.155 ribu barel setara minyak per hari.
"Untuk harga minyak, kita ambil 60 dolar AS karena kecenderungannya harga minyak tetap rendah, sampai tahun depan. Untuk lifting minyak, itu dengan asumsi Blok Cepu yang kapasitasnya 165 ribu barel per hari mulai beroperasi penuh," ujar Menkeu.
Dengan asumsi makro tersebut, pendapatan negara dalam RAPBN 2016 ditetapkan sebesar Rp 1.848,1 triliun dan belanja negara Rp 2.121,3 triliun. Dengan demikian, defisit anggaran mencapai Rp 273,2 triliun atau 2,1 persen terhadap PDB. (Ant)
Editor : Bayu Probo
Bangladesh Minta Interpol Bantu Tangkap Mantan PM Sheikh Has...
DHAKA, SATUHARAPAN.COM-Sebuah pengadilan khusus di Bangladesh pada hari Selasa (12/11) meminta organ...