Menlu AS Bawa Cucu Saat Tandatangani Pakta Iklim
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (Menlu AS), John Kerry menggendong cucunya yang berusia dua tahun – Isabelle Dobbs Higginson – ke atas panggung saat melakukan penandatanganan kesepakatan bersama dengan 175 negara tentang pakta integritas perlambatan pemanasan global sebagai tindak lanjut dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim Paris, Desember 2015 lalu, di Gedung Perserikatan Bangsa-bangsa, New York, Amerika Serikat.
Seperti dilaporkan ABC News – abcnews.go.com – hari Sabtu (23/4) John Kerry menggendong Isabelle saat hendak menandatangani pakta integritas tersebut, setelah menandatangani Kerry memeluk dan mencium kening Isabelle.
Isabelle merupakan cucu dari anak tertua John Kerry, Alexandra Kerry yang menikah dengan Julian Dobbs Hogginson. Isabelle adalah salah satu dari 197 anak-anak hadir di acara untuk mewakili negara-negara yang menyepakati perjanjian tersebut.
“Anak-anak adalah masa depan kita," kata Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon saat memberi kata sambutan seperti diberitakan Daily Mail.
“Hari ini adalah hari untuk anak-anak dan cucu-cucu dan semua generasi yang akan datang,” kata Ban.
Pakta Integritas
Penandatanganan pakta integritas tersebut, menurut abcnews.go.com merupakan tindak lanjut dari negara-negara yang berpartisipasi di KTT Iklim yang telah dilangsungkan di Paris pada Desember 2015. Kala itu salah satu kesepakatan penting yakni setiap negara peserta KTT berkomitmen melakukan mengurangi temperatur global antara 1,5 sampai dua derajat celcius.
Selain itu penandatanganan tersebut juga merupakan komitmen setiap negara untuk mencegah deforestasi.
Setelah melakukan penandatanganan tersebut, Kerry dalam pidato mengemukakan AS akan mewujudkan perubahan iklim yang lebih baik dengan meminta perusahaan swasta untuk mengurangi emisi produksi dari bahan bakar fosil dalam rangka mencegah kerusakan ozon yang merusak dan mendorong pertumbuhan ekonomi global.
“Jika kita akan mencegah dampak terburuk perubahan iklim, kita harus mempercepat transisi ini,” kata Kerry.
“Ketika kita berbicara tentang masa depan energi, kita benar-benar berbicara tentang masa depan dari berbagai aspek,” kata Kerry.
“Ketika banyak orang menyuarakan tentang isu penting, termasuk lingkungan, maka setiap negara dan pemerintah harus mau mengubah kebijakan bahkan jika harus melalui voting, maka sebenarnya tujuannya adalah sama, maka perubahan lingkungan bukan hal yang mustahil,” kata Kerry.
Kerry mengemukakan banyak negara yang sebenarnya mampu mengerjakan pengurangan pemanasan global. “Meskipun upaya (pengurangan emisi global, red) belum selesai, namun saat ini kita berada di tahap tersebut,” kata Kerry.
Perang Pernyataan
Dalam penandatanganan tersebut terdapat dua pemimpin yang saling berbeda pendapat lewat kalimat-kalimat bernada sindiran.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengemukakan pesimistis negaranya dapat menjaga kelestarian lingkungan.
“Pendudukan dan pembangunan permukiman (Israel, red) merusak upaya Palestina melestarikan dan merawat lingkungan,” kata Abbas saat memberi sambutan setelah melakukan penandatanganan.
“Kami harap PBB membantu dan menghindarkan kami dari pendudukan dan pembangunan permukiman lebih lanjut,” kata Abbas seperti diberitakan Times Of Israel.
Pernyataan bertolak belakang dikemukakan Utusan Israel untuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Danny Danon yang melakukan counter atas pidato Abbas.
“Daripada menyebarkan kebencian di sini di PBB, Mereka (Palestina, red) harus bertindak untuk menghentikan teror Palestina,” kata Danny seperti diberitakan Times of Israel.
Dia juga menuduh Abbas menyalahgunakan forum untuk menggencarkan agendanya ââsendiri.
“KTT iklim seharusnya menjadi ajang persatuan global demi masa depan planet kita. Sayangnya, Presiden Abbas memilih untuk mengeksploitasi panggung internasional ini untuk menyesatkan masyarakat internasional,” kata Danon.
(dailymail.co.uk/timesofisrael.com/abcnews.go.com).
Editor : Eben E. Siadari
1.100 Tentara Korea Utara Jadi Korban dalam Perang Rusia-Ukr...
SEOUL, SATUHARAPAN.COM-Lebih dari 1.000 prajurit Korea Utara tewas atau terluka dalam perang Rusia d...