Menpar: Potensi Wisata Religi Walisongo Rp 3,6 Triliun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya melakukan "kick-off" pengembangan wisata ziarah yang potensinya belum digarap optimal di Indonesia agar kemudian mampu mendorong kinerja sektor pariwisata lebih baik.
"Saat ini diperlukan pengembangan destinasi wisata ziarah secara lebih serius termasuk pengelolaan destinasi, pengemasan produk wisata, serta promosi dan pemasaran pada segmen wisata minat khusus," kata Menteri Arief Yahya pada pembukaan `Workshop` dan `Kick-Off Meeting` Pengembangan Destinasi Wisata Ziarah di Indonesia yang berlangsung di Jakarta, hari Jumat (16/10).
Apalagi menurut dia, pada beberapa tahun terakhir telah terjadi pergeseran tren kepariwisataan yaitu dari motivasi bersenang-senang menjadi mencari pengalaman baru.
Oleh karena itu, paradigma pariwisata pun bergeser dari "sun, sand and sea" menjadi "serenity, sustainability and spirituality".
Berdasarkan penelitian dalam kurun waktu lima tahun terakhir terjadi kenaikan hingga 165 persen atas perjalanan wisata yang didasarkan pada keyakinan diri (faith based).
United Nation World Tourism Organization UNWTO (2010) memperkirakan sekitar 330 juta wisatawan global atau kurang lebih 30 persen dari total keseluruhan wisatawan global melakukan kunjungan ke situs-situs religius penting di seluruh dunia, baik yang didasarkan pada motif spiritual atau pun motif kognitif.
Menurut Menpar menjadikan Situs Walisongo misalnya sebagai jalur rute ziarah (pilgrimage route) terbesar dan terpanjang melebihi Camino de Santiago yang saat ini menjadi kebanggaan Eropa diperlukan langkah-langkah strategis dan peran serta para pemangku kepentingan.
Camino de Santiago yang mempunyai 7 rute utama yang merangkai sekitar 1.800 bangun bersejarah di Eropa ini hanya mampu menarik peziarah sekitar 100 ribu orang per tahunnya.
Angka tersebut sangatlah jauh dibandingkan dengan potensi yang ada di Situs Walisongo, karena sebagian besar dari destinasi wisata ziarah di Indonesia juga merupakan situs warisan budaya (cultural heritage sites) yang dibangun dari abad VII Masehi, bahkan beberapa di antaranya merupakan situs-situs megalitikum.
"Bisa dikatakan, Indonesia mempunyai potensi pariwisata berbasis religi yang sangat lengkap dan diakui dunia. Borobudur dikenal sebagai monumen Buddhisme yang telah terdaftar sebagai Warisan Budaya Dunia atau Goa Maria Sendangsono pernah mendapatkan penghargaan The Aga Khan Award," katanya.
Komposisi populasi berdasarkan pemeluk agama selain membentuk segmen wisatawan berbasis religi, kata dia, juga akan membentuk karakteristik destinasi wisata ziarah (pilgrimage tourism) berbasis kewilayahan.
"Pertemuan ini bertujuan untuk mendorong kontribusi positif dari rute ziarah dan spiritual bagi pariwisata yang berkelanjutan dan bertanggung jawab, serta kontribusi pariwisata untuk pemahaman budaya dan pelestarian warisan alam dan budaya yang terkait dengan jalur kuno (ancient trails) dan tempat-tempat sakral (sacred places)," tuturnya.
Indonesia sendiri mempunyai karakterisktik yang sangat lengkap sebagai destinasi wisata ziarah dari Islam, Katholik, Kristen, Hindu, Buddha, Khonghucu dan bahkan beragam kepercayaan lokal yang diperkirakan mencapai jumlah 245 kepercayaan.
Pemerintah menargetkan pada 2019 ditargetkan kunjungan wisatawan mancanegara sebesar 20 juta dan 275 juta wisatawan nusantara yang diharapkan secara keseluruhan mampu menciptakan lapangan kerja kepariwisatan bagi 13 juta orang dan menghasilkan devisa hingga Rp 240 triliun.
Salah satu daya tarik wisata ziarah yang potensial untuk dikembangkan secara serius adalah Situs Walisongo yang berada di 8 (delapan) kabupaten/kota pada provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Selain sebagai warisan budaya berbasis Islam, situs-situs tersebut juga merepresentasikan keberagaman budaya dan toleransi antar umat beragama di Indonesia.
Di samping berziarah ke makam wali-wali, daya tarik yang lain adalah perayaan haul atau peringatan keagamaan untuk mengenang jasa orang-orang yang dianggap penting dalam konteks agama dan bangsa.
Perayaan haul Sunan Ampel di Surabaya --sebagai contoh kasus-- mampu menarik pengunjung hingga 10 ribu orang per harinya.
Data yang diolah dari berbagai sumber memunculkan gambaran umum bahwa jumlah peziarah di sembilan makam Walisongo pada 2014 mencapai 12,2 juta orang dan dengan pengeluaran wisatawan hingga mencapai Rp300 ribu per kunjungan atau total pengeluaran dalam setahun sebesar Rp3,6 triliun.
Diperkirakan pada 2014 terdapat 3.000 orang wisatawan mancanegara yang berkunjung dengan pengeluaran total sekitar 450 ribu dolar AS atau 150 dolar AS per harinya.
Kementerian Pariwisata memproyeksikan kunjungan wisatawan di Situs Walisongo pada 2019 mampu mencapai 18 juta orang wisatawan nusantara atau sekitar 15 persen dari target wisatawan nusantara pada 2019 dengan pengeluaran wisatawan per kunjungan rata-rata Rp400 ribu atau senilai Rp7,2 triliun dalam setahunnya.
Strategi promosi dan pemasaran pariwisata mancanegara yang tepat diharapkan menjadikan Situs Walisongo sebagai pilihan destinasi wisata minat khusus berbasis religi yang mampu menarik 10.000 wisatawan mancanegara per tahunnya dengan pengeluaran total senilai 1,5 juta dolar AS atau rata-rata 150 dolar AS per harinya. (Ant)
Editor : Eben E. Siadari
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...