Menteri Perekonomian Jepang Mundur karena Terima Amplop
TOKYO, SATUHARAPAN.COM - Menteri ekonomi Jepang mengundurkan diri pada Kamis (28/1) setelah sebuah laporan di majalah mengungkapkan ia telah menerima uang dari pemimpin sebuah perusahaan konstruksi untuk imbalan bantuan politik.
Pengumuman yang disampaikan setelah perdagangan saham ditutup di Jepang cukup mengejutkan karena sebelumnya, sang menteri, Akira Amari, mengisyaratkan tidak akan mundur.
Ini merupakan suatu kemunduran yang memalukan dalam pemerintahan Perdana Menteri Shinzo Abe, di tengah perekonomian negara itu yang mengalami resesi.
Ekonomi Jepang mengalami pertumbuhan ekonomi negatif 0,8 persen pada kuartal ketiga tahun lalu dan harus bergulat untuk memerangi deflasi dan pertumbuhan ekonomi lambat hampir seperempat abad terakhir.
Amari, 66, adalah sekutu dekat Abe dan bergabung dengan kabinet pada tahun 2012 di posisi baru sebagai menteri revitalisasi ekonomi.
Dia memimpin negosiasi Jepang untuk perjanjian perdagangan bebas Trans Pacific Partership (TPP), kesepakatan yang bersejarah yang terjadi pada Oktober lalu setelah tujuh tahun negosiasi.
Dia adalah menteri keempat dalam pemerintah Mr. Abe yang mengundurkan diri atas tuduhan ketidakpantasan keuangan.
Majalah Shukan Bunshun melaporkan pekan lalu bahwa perusahaan konstruksi memberikan Amari dan para pembantunya uang tunai dan hadiah total berjumlah 12 juta yen atau sekitar US$ 100.000. Dana itu tidak pernah dilaporkan dalam catatan keuangan kampanye, seperti yang diharuskan, demikian majalah itu melaporkan.
Disebutkan bahwa perusahaan konstruksi itu terlibat dalam perselisihan dengan pemerintah atas kontrak pekerjaan umum dan meminta bantuan Amari dalam menyelesaikan sengketa.
Setelah laporan itu merebak, Amari menegaskan pada konferensi pers pada Jumat lalu (22/1) bahwa dia tidak melanggar hukum, dan berjanji untuk menjawab pertanyaan setelah mengumpulkan ingatan.
Berita berikutnya dari majalah tersebut muncul hari ini, yang mengutip seorang wakil perusahaan konstruksi dimaksud yang mengatakan bahwa Amari mendapatkan amplop dua kali dan mengantonginya, yang berisi uang tunai ¥ 500.000.
Total yang diperolehnya, menurut laporan itu mencapai puluhan juta yen.
Pada konferensi pers di Tokyo, hari Kamis (28/1), Amari mengatakan bahwa seorang eksekutif dari perusahaan konstruksi telah mengunjungi ruangannya di kantor kabinet dengan membawa hadiah, tapi dia bersikeras bahwa ia telah mengatakan kepada seorang pembantu untuk mencatat hadiah tersebut sebagai sumbangan politik.
Dia tidak menyangkal menerima uang tunai, tetapi mengatakan bahwa masalah itu ditangani "sesuai aturan" dan membantah melakukan kesalahan.
"Menempatkan uang di saku baju saya di depan para tamu," kata dia, seperti dikutip Reuters, "kurang bermartabat sebagai manusia."
Amari mengatakan bahwa ia tetap merasa perlu untuk mundur agar tidak mengalihkan perhatian dari pekerjaan pemerintah.
"Jepang akhirnya bangkit dari deflasi," kata dia.
"Kami harus meloloskan undang-undang yang berisi langkah-langkah untuk menaklukkan deflasi dan menciptakan ekonomi yang kuat sesegera mungkin. Apa pun yang menghambat ini harus dihilangkan, dan saya tidak terkecuali," kata dia.
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...