Menteri PPPA: Anak Belum Jadi Isu Prioritas
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Linda Amalia Sari Gumelar mengatakan masalah perlindungan dan tumbuh kembang anak belum menjadi isu prioritas dan perhatian sebagian besar masyarakat di Indonesia.
"Padahal masalah perlindungan anak sudah diatur dalam Undang Undang tentang Perlindungan Anak tahun 1972, namun tidak banyak yang tahu. Hampir 70 persen tidak mengetahui adanya peraturan ini," katanya di sela seminar bertema 'Mengoptimalkan Pola Asuh Keluarga Untuk Menciptakan Anak Hebat Indonesia' di Jakarta pada Selasa (24/6).
Karena itu, Linda Amalia Sari Gumelar mengimbau perlu untuk menyosialisasikan lebih gencar lagi kepada masyarakat mengenai perlindungan anak. Kementerian PPPA akan melakukan langkah tepat sebagai tanggung jawab pemerintah dalam memenuhi hak anak.
Saat ini, jumlah anak di Indonesia berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 tercatat 34 persen dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia. "Jumlah 34 persen itu bukan jumlah yang sedikit. Oleh karena itu pemerintah harus menyiapkan generasi muda dengan baik," ujar Linda Amalia Sari Gumelar.
Dia mengakui masih banyak yang belum dilakukan oleh pemerintah. Meski demikian beberapa persoalan anak di Indonesia dicarikan solusinya oleh pemerintah, di antaranya mengembalikan anak jalanan ke sekolah sebanyak 17.110 anak.
Linda Amalia Sari Gumelar menambahkan diperlukan peran lembaga masyarakat untuk memenuhi kebutuhan anak. Sehingga peran pemerintah, masyarakat dan swasta dapat bersinergi.
"Figur orang tua menjadi penentu agar anak mendapatkan kehidupan yang layak. Banyak anak menjadi anak jalanan karena tidak adanya figur seorang bapak yang baik. Karenanya mengoptimalkan pola asuh dalam keluarga akan berdampak menghasilkan generasi yang baik," katanya.
Sejalan dengan semangat pemerintah memenuhi hak anak mendapatkan kehidupan layak, Asosiasi Perusahaan Sahabat Anak Indonesia (APSAI) mendukung penuh program pemerintah tersebut. Dan dalam rangka menyambut Hari Anak Nasional pada 23 Juli mendatang, APSAI juga mendukung program pemerintah terkait gerakan nasional antikejahatan seksual pada anak.
Ketua Umum APSAI Luhur Budijarso mengatakan APSAI yang baru berdiri pada tahun 2011 dengan anggota sebanyak lima perusahaan kini sudah berkembang menjadi sebanyak 25 perusahaan Sahabat Anak Indonesia. Ini menunjukkan kepedulian yang sama dari berbagai perusahaan terhadap tumbuhkembang dan perlindungan anak.
"Kami mempunyai 3P, terkait kepedulian anak, yakni `policy (kebijakan), product (produk), programme (program)`. Kebijakan yang dikeluarkan perusahaan anggota APSAI yang mengikat ke dalam perusahaan. Misalnya perusahaannya sudah menyiapkan ruangan menyusui, tempat penitipan anak. Produk, terkait produk yang ramah anak. Sementara program, bagi perusahaan yang belum menghasilkan produk ramah anak maka perusahaan itu bisa membuat program untuk anak. Misalnya sunatan massal yang telah dilakukan anggota kami. Ada juga Astra dengan mobil kesehatan anak," jelas Luhur Budijarso.
Upaya tersebut, menurut Luhur, menjadi sumbangsih APSAI yang belum seberapa bagi perkembangan anak Indonesia. Tahun 2014 APSAI memiliki 26 kegiatan untuk anak-anak di Indonesia, di antaranya yang akan diselenggarakan pada bulan Juli adalah Ramadhan Fair di Kidzania dan pada 18-20 Juli Kidz Art yang melibatkan sekolah dan komunitas anak. (Ant)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...