Mesir dan Israel Akan Selidiki Kuburan Massal Tentara dari Perang Enam Hari
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM-Perdana Menteri Israel, Yair Lapid, mengatakan kepada Presiden Mesir, Abdel Fattah el-Sisi, bahwa Israel akan menyelidiki laporan tentang kuburan massal sekitar 80 pasukan komando Mesir dari tahun 1967, kata Kepresidenan Mesir pada hari Minggu (10/7).
"Tuan Lapid menegaskan bahwa Israel akan menangani masalah ini secara positif dan transparan, dan akan berkomunikasi dan berkoordinasi dengan pihak berwenang Mesir mengenai perkembangan masalah ini untuk mendapatkan kebenaran,” kata kantor el-Sisi.
Kantor Lapid juga mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu bahwa el-Sisi “mengangkat laporan tentang kuburan massal tentara Mesir selama Perang Enam Hari,” dan menambahkan bahwa Perdana Menteri “mengarahkan Sekretaris Militernya, Mayjen. Avi Gil, untuk memeriksa masalah ini secara mendalam.”
Seruan itu muncul setelah media berita Israel Haaretz dan Ynet News menerbitkan ekspos tentang kuburan massal di Yerusalem yang terkubur di bawah Kibbutz Nahshon, rumah bagi objek wisata Mini Israel.
Selama Perang Enam Hari pada tahun 1967, unit tentara elite Mesir mengalami kekalahan besar di Yerusalem dan tubuh mereka dikuburkan di kuburan 20 meter.
Penduduk Kibbutz di dekatnya, pemukiman komunal di Israel, biasanya sebuah peternakan, mengeluh tentang bau kuburan dan seorang anggota berbicara kepada media Israel tentang masalah ini tetapi laporan itu dilarang diterbitkan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Selama perang 1967 antara Israel dan negara-negara Arab termasuk Mesir, Suriah, dan Yordania, Israel merebut Semenanjung Sinai Mesir dan Tepi Barat. Perang berakhir setelah enam hari karena gencatan senjata yang ditengahi PBB yang ditandatangani oleh Mesir dan Israel.
Mesir kemudian melawan Israel lagi pada tahun 1973 selama krisis Suez ketika pasukan Mesir melintasi terusan dalam serangan mendadak.
Kedua negara menandatangani perjanjian damai pada tahun 1979, yang menyerukan normalisasi hubungan antara Mesir dan Israel dan penarikan penuh pasukan dari Semenanjung Sinai, di mana Mesir setuju untuk mengubah Sinai menjadi zona demiliterisasi. (Al Arabiya)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...