Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 19:23 WIB | Senin, 28 Agustus 2023

Mesir, Ethiopia dan Sudan Kembali Negosiasi Bendungan Sungai Nil

Pekerjaan konstruksi berlangsung, di lokasi Bendungan Renaisans Besar Ethiopia dekat Assosa, Ethiopia pada 28 Juni 2013. Mesir, Etiopia, dan Sudan melanjutkan negosiasi selama bertahun-tahun pada Minggu 27 Agustus 2023 mengenai bendungan kontroversial yang sedang dibangun Ethiopia di anak sungai utama Sungai Nil, kata para pejabat. (Foto: dok. AP/Elias Asmare)

KAIRO, SATUHARAPAN.COM-Mesir, Ethiopia dan Sudan melanjutkan perundingan mereka yang telah berlangsung bertahun-tahun pada hari Minggu (27/8) mengenai bendungan kontroversial yang dibangun Ethiopia di anak sungai utama Sungai Nil, kata para pejabat.

Dimulainya kembali negosiasi terjadi setelah Presiden Abdel Fattah el-Sissi dan Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, mengatakan bulan lalu bahwa mereka bertujuan untuk mencapai kesepakatan dalam waktu empat bulan mengenai pengoperasian Bendungan Grand Ethiopian Renaissance di Sungai Nil Biru senilai US$4,6 miliar.

Sungai Nil Biru bertemu dengan Sungai Nil Putih di ibu kota Sudan, Khartoum, sebelum berkelok-kelok ke utara melalui Mesir hingga Laut Mediterania.

Mesir khawatir akan dampak buruk jika bendungan tersebut dioperasikan tanpa mempertimbangkan kebutuhannya. Mereka menyebutnya sebagai ancaman eksistensial. Negara berpenduduk terpadat di dunia Arab hampir sepenuhnya bergantung pada Sungai Nil untuk memasok air bagi pertanian dan bagi lebih dari 100 juta penduduknya. Sekitar 85% aliran sungai berasal dari Etiopia.

Kementerian Irigasi Mesir mengumumkan babak baru perundingan di Kairo. Menteri Irigasi, Hani Sewilam, mengatakan Mesir menginginkan perjanjian yang mengikat secara hukum tentang bagaimana bendungan raksasa itu dioperasikan dan diisi.

Sewilam mengatakan ada banyak “solusi teknis dan hukum” untuk perselisihan tersebut, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Ketegangan meningkat antara Kairo dan Addis Ababa setelah pemerintah Ethiopia mulai mengisi reservoir bendungan sebelum mencapai kesepakatan.

Pertanyaan kunci yang masih tersisa adalah mengenai berapa banyak air yang akan dilepaskan Ethiopia ke hilir jika terjadi kekeringan selama beberapa tahun dan bagaimana ketiga negara tersebut akan menyelesaikan perselisihan di masa depan. Ethiopia telah menolak arbitrase yang mengikat pada tahap akhir proyek tersebut.

Ethiopia mengatakan bendungan itu penting karena sebagian besar penduduknya kekurangan listrik.

Sudan ingin Ethiopia berkoordinasi dan berbagi data mengenai pengoperasian bendungan untuk menghindari banjir dan melindungi bendungan pembangkit listriknya di Sungai Nil Biru, anak sungai utama Sungai Nil. Bendungan ini terletak hanya 10 kilometer (6 mil) dari perbatasan Sudan. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home