Mesir Kurung Tahanan Politik dalam Sel Isolasi Tanpa Batasan Waktu
KAIRO, SATUHARAPAN.COM – Dalam sebuah laporan baru, Amnesty International mengatakan, puluhan aktivis HAM, wartawan, dan anggota oposisi yang ditahan dalam sel isolasi menghadapi “penyiksaan fisik yang mengerikan''.
Perlakuan buruk yang mereka derita mengakibatkan “kepanikan, ketakutan, kepekaan tinggi terhadap rangsangan, dan kesulitan berkonsentrasi dan gangguan ingatan,'' kata Amnesty International dalam laporannya, seperti dilansir kantor berita Associated Press, Minggu (6/5).
Mesir, telah menahan ribuan orang, terutama orang-orang yang dituduh sebagai Islamis tetapi juga beberapa aktivis sekuler terkemuka, sejak militer menggulingkan Mohammed Morsi, Presiden Islamis yang terpilih pada 2013, dan dituduh memecah-belah rakyat. Morsi sendiri dilaporkan ditahan di sel isolasi dalam hampir lima tahun terakhir.
“Menurut hukum internasional, kurungan isolasi hanya dapat digunakan sebagai tindakan terakhir untuk mendisiplinkan tahanan, tetapi pihak berwenang Mesir menggunakannya sebagai hukuman 'ekstra' yang mengerikan bagi tahanan politik,” kata Najia Bounaim, Direktur Kampanye Amnesty International untuk Afrika Utara.
Kelompok yang bermarkas di London itu mengatakan telah mendokumentasikan 36 tahanan yang dikurung dalam sel isolasi itu, termasuk enam orang yang telah ditahan sejak 2013. Para tahanan dalam kurungan isolasi tetap berada di sel mereka selama 22 jam sehari.
Amnesti dan kelompok HAM lain mengatakan, penyiksaan dan pelecehan meluas di penjara Mesir.
Laporan yang dibuat berdasarkan puluhan wawancara dengan mantan tahanan dan dengan anggota keluarga tahanan saat ini, kelompok itu mengatakan, penyiksaan itu berkisar dari pemukulan yang berkepanjangan sampai kekurangan makanan, penghinaan dan pembatasan gerak selama bertahun-tahun. (voaindonesia.com)
Editor : Sotyati
Banjarmasin Gelar Festival Budaya Minangkabau
BANJARMASIN, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan memberikan dukungan p...