DUNIA
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja
09:00 WIB | Rabu, 21 Januari 2015
Milisi Yaman Kepung Istana Presiden
SANAA, SATUHARAPAN.COM - Pemberontak Syiah Houthi Yaman menyerbu kompleks kepresidenan di ibu kota Yaman, Sanaa, Selasa (20/1) menyebabkan sedikitnya dua orang terbunuh.
Kantor berita Reuters melaporkan, para pemberontak yang bersekutu dengan Iran dan Hizbullah Lebanon itu, juga menyerang kediaman Presiden Yaman Abdrabuh Mansur Hadi di lain tempat tapi masih di sekitar Sanaa.
Menteri Informasi Yaman, Nadia Sakkaf mengatakan rumah Presiden diberondong tembakan.
"Presiden Yaman diserang oleh milisi yang ingin menggulingkan rezim, tulis Sakkaf di akun twitter pribadinya. Sementara, seorang pejabat pemerintah Yaman mengatakan kondisi Presiden "baik-baik saja."
"Presiden di kediamannya dan dia baik-baik saja," kata pejabat itu, yang minta tidak disebutkan namanya, kepada Reuters.
Pemimpin milisi Selasa (20/1) malam tampil berpidato di televisi mengatakan pasukannya bergerak untuk menggagalkan sebuah rencana yang mengingkari kesepakatan reformasi politik yang menjadikan Abdrabuh Mansur Hadi berkuasa sebagai presiden.
Abdel Malek al-Houthi pemimpin milisi itu juga mengatakan ia tidak akan ragu menjaga kesepakatan itu, menuduh Presiden melindungi korupsi juga menolak Presiden yang mengerahkan tentara untuk memerangi al-Qaeda.
Sebelumnya milisi Abdel Malek al-Houthi mengepung rumah Perdana Menteri Yaman Khalid Bahah di Sanaa pada Senin malam, beberapa jam setelah ia lolos dari penembakan terhadap konvoi perdana menteri, menurut pernyataan juru bicara pemerintah Yaman Rajih Badi.
Khalid Bahah berada di dalam Istana Republik di Lapangan Tahrir, gedung yang ia tempati sejak diangkat sebagai perdana menteri pada Oktober tahun lalu, ujar Rajih Badi kepada AFP.
Milisi bersenjata mengepung ketiga pintu masuk kediaman perdana menteri di pusat kota Sanaa, ujar Badi.
Juru bicara pemerintah menyerukan “rapat darurat” semua kekuatan politik di Yaman pada Selasa pagi waktu setempat guna mencari solusi untuk mengakhiri kekerasan.
Milisi Syiah, yang juga dikenal sebagai Houthi, terlibat pertempuran berdarah dengan militer di Sanaa hari Senin sebelum gencatan senjata dimulai sehingga menewaskan sedikitnya sembilan orang.
Mereka juga merebut pangkalan militer dekat istana presiden di Sanaa dan mengambil alih media pemerintah.
PBB
Melihat kondisi terkini di Yaman, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyerukan agar semua faksi bersenjata di Yaman supaya menghentikan pertempuran segera mungkin.
"Sekretaris Jenderal sangat prihatin tentang situasi yang memburuk di Yaman," kata PBB dalam sebuah pernyataan.
"Dia menyesalkan pertempuran sengit antara Ansarallah (Houthi) kelompok bersenjata dan pengawal presiden Yaman di Sanaa."
Secara terpisah, Dewan Keamanan mengadakan pertemuan khusus membahas situasi di Yaman.
Beberapa bulan terakhir Yaman terus dilanda kerusuhan yang mengancam pemerintahan Presiden Abdrabuh Mansur Hadi, sekutu penting Amerika Serikat dalam memerangi al-Qaeda.
Ketegangan semakin memuncak sejak Houthi menculik kepala staf presiden, Ahmed Awad bin Mubarak, Sabtu (18/1). (AFP/Reuters)
BERITA TERKAIT
KABAR TERBARU
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...