Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 03:30 WIB | Senin, 22 Juli 2024

Militer AS: Serangan ISIS di Irak dan Suriah Diperkirakan Akan Meningkat

Seorang pengendara mobil melewati bendera kelompok ISIS di Rawah tengah, 175 mil (281 kilometer) barat laut Bagdad, Irak, pada 22 Juli 2014. Komando Pusat AS mengatakan Rabu, 17 Juli 2024, bahwa kelompok ISIS adalah mencoba “untuk menyusun kembali” kekuatan ketika jumlah serangan di Suriah dan Irak diperkirakan akan meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. (Foto: dok. AP)

BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM-Komando Pusat Amerika Serikat (CENTCOM) pada Rabu (17/7) memperingatkan bahwa kelompok Negara Islam (ISIS/Negara Islam Irak dan Suriah) sedang berusaha “membangun kembali” kelompoknya, karena jumlah serangan di Suriah dan Irak diperkirakan akan meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.

ISIS telah melakukan 153 serangan di kedua negara dalam enam bulan pertama tahun 2024, kata CENTCOM dalam sebuah pernyataan. Menurut seorang pejabat pertahanan AS, yang tidak ingin disebutkan namanya karena ia tidak diizinkan untuk berbicara secara terbuka mengenai masalah ini, kelompok tersebut berada di balik 121 serangan di Suriah dan Irak pada tahun 2023.

“Peningkatan serangan menunjukkan ISIS sedang berusaha untuk membangun kembali setelah beberapa tahun mengalami penurunan kemampuan,” kata CENTCOM.

Pengumuman ini muncul tepat setelah 10 tahun sejak kelompok militan tersebut mendeklarasikan kekhalifahannya di sebagian besar Irak dan Suriah. Pada puncaknya, kelompok ini menguasai wilayah setengah luas wilayah Inggris dan berupaya menerapkan penafsiran ekstrem terhadap Islam, termasuk serangan terhadap kelompok agama minoritas dan hukuman keras terhadap umat Islam yang dianggap murtad.

Militan juga membunuh ribuan anggota agama minoritas Yazidi dan menculik ribuan perempuan dan anak-anak, banyak di antara mereka menjadi sasaran pelecehan seksual dan perdagangan manusia.

Sebuah koalisi yang terdiri lebih dari 80 negara, dipimpin oleh Amerika Serikat, dibentuk untuk melawan ISIS, yang kehilangan kendali atas wilayah yang dikuasainya pada tahun 2017 di Irak dan di Suriah pada tahun 2019, meskipun sel-sel yang tidak aktif masih ada di negara tersebut dan di luar negeri.

Para pejabat Irak mengatakan bahwa mereka dapat mengendalikan ancaman ISIS dengan pasukan mereka sendiri dan telah mengadakan pembicaraan dengan AS yang bertujuan untuk menghentikan misi koalisi militer pimpinan AS di Irak.

Pembicaraan tersebut terjadi pada saat meningkatnya ketegangan dalam negeri mengenai kehadiran militer AS.

Dari bulan Oktober hingga Februari, kelompok milisi yang didukung Iran yang menamakan dirinya Perlawanan Islam di Irak melancarkan serangan pesawat tak berawak secara rutin ke pangkalan-pangkalan yang menampung pasukan AS di Irak dan Suriah, yang menurut mereka merupakan pembalasan atas dukungan Washington terhadap Israel dalam perang yang sedang berlangsung di Irak dan Suriah. Gaza dan ditujukan untuk memaksa pasukan AS mundur dari Irak.

Serangan-serangan tersebut sebagian besar terhenti setelah tiga tentara AS tewas dalam serangan di sebuah pangkalan di Yordania, dekat perbatasan Suriah pada akhir Januari, yang memicu serangan balasan AS di Irak.

Pada hari Selasa (16/7), dua pejabat milisi Irak mengatakan mereka telah melancarkan serangan pesawat tak berawak baru yang menargetkan pangkalan udara Ain al-Asad di Irak. Para pejabat tersebut berbicara dengan syarat anonim karena mereka tidak berwenang memberikan komentar secara terbuka. Tidak jelas apakah serangan itu mencapai sasarannya. Para pejabat AS tidak segera menanggapi permintaan tersebut. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home