Militer AS Tingkatkan Kewaspadaan Antisipasi Ancaman Terbaru ISIS
WASHINGTON D.C , SATUHARAPAN.COM – Militer Amerika Serikat (AS) mendesak penerapan "kewaspadaan" terkait seluruh aksi terorisme yang dilakukan oleh mereka yang mengaku sebagai pengikut ISIS, terutama kemunculan ancaman terbaru dari ISIS yang mengajak para pengikutnya membunuh 100 tentara AS.
Seperti tertuang di bbc.co.uk, Senin (23/3) Juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengisyaratkan masih menyelidiki kebenaran ancaman itu dan ia mengatakan ISIS bisa saja mengaku-ngaku sebagai pelaku, untuk kepentingan propaganda mereka.
Earnest menjelaskan bahwa pihaknya menerima banyak pesan di internet dari kelompok yang mengaku sebagai ISIS, dimana pesan itu disertai ajakan menghabisi nyawa para prajurit Tentara Nasional AS.
Kemarin, kelompok yang mengaku ISIS kembali mengeluarkan ancaman kepada Amerika Serikat. Kelompok ekstremis tersebut mengancam akan membunuh 100 tentara Negeri Paman Sam.
Melalui sebuah situs, ISIS mengklaim telah memegang daftar nama dan alamat 100 prajurit AS dari hasil peretasan atau pembajakan data milik pihak militer AS. Identitas tersebut pun dipublikasikan ke publik.
Selain itu, kelompok yang mengklaim Daulah Islamiyah secara sepihak tersebut menyerukan seluruh anggotanya di seluruh dunia untuk membantu pembunuhan terhadap 100 serdadu tersebut.
"Saya tidak bisa memastikan kesahihan informasi itu, tetapi kami sedang menyelidikinya,” Earnest menambahkan.
Sementara itu menurut sumber yang tidak bersedia disebutkan namanya, kelompok terkait ISIS mendapatkan informasi lewat peretasan server dan database, tetapi para pejabat AS mengatakan sebagian besar data yang diungkapkan itu berada di ranah publik dan dapat diakses dengan bebas.
ISIS mengklaim mereka telah memiliki nama-nama yang akan dieksekusi, termasuk para prajurit yang ikut dalam misi AS melawan ISIS.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada Jumat (20/3) bahwa 1.700 calon militan asing ISIS telah ditahan dan dideportasi untuk menghentikan mereka pergi ke Suriah dan diduga kuat akan bergabung ISIS.
Wakil Presiden Sudan Mohammad Abdel Hasabo-Rahman mengatakan pada konferensi di Khartoum: "Sudan mengamati dari dekat masalah ini secara keseluruhan."
Peperangan gencar terhadap ISIS juga dilakukan di berbagai negara antara lain pada Kamis (19/3) saat pemerintah Tunisia menangkap sembilan orang yang diduga memiliki kaitan dengan kelompok pelaku penyerangan museum Bardo di Tunis.
Dua puluh wisatawan asing meninggal dalam serangan ke museum nasional tersebut pada Rabu (18/3) dan hingga kini belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas peristiwa tersebut.
Kantor kepresidenan tidak mengidentifikasi tersangka atau mengatakan apa peran mereka dalam serangan mematikan itu. (bbc.co.uk/ AFP)
Editor : Eben Ezer Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...