Minyak AS Anjlok di Bawah 27 Dolar di Asia
SINGAPURA, SATUHARAPAN.COM – Harga minyak mentah Amerika Serikat jatuh di bawah 27 dolar AS per barel di perdagangan Asia, hari Kamis (11/2), karena pasar yang jenuh bergumul dengan persediaan tinggi di Amerika Serikat dan peningkatan produksi dari OPEC.
Penurunan tersebut terjadi meski laporan mingguan Departemen Energi AS menunjukkan stok minyak AS berkurang sekitar 800.000 barel untuk pekan yang berakhir 5 Februari, karena pedagang melihat persediaan masih pada tingkat tinggi.
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, turun 40 sen atau 1,46 persen menjadi 27,05 dolar AS pada sekitar pukul 06.00 GMT, setelah tenggelam ke tingkat 26,85 dolar AS di awal sesi. Minyak mentah Brent untuk pengiriman April turun 14 sen atau 0,45 persen, menjadi 30,70 dolar AS per barel.
Pada 20 Januari, WTI merosot ke kedalaman 26,19 dolar AS per barel sebelum ditutup pada 26,55 dolar AS pada hari yang sama, terendah sejak Mei 2003.
"Mengingat penurunan itu telah kita lihat selama tiga sesi perdagangan terakhir, ada kejutan kecil untuk melihat minat jual agresif seperti selama zona waktu kami," kata Michael McCarthy, kepala analis pasar di CMC Markets di Australia.
"Mengingat posisi jangka pendek dan pedagang yang terlibat di sini, tidak mungkin bahwa ini adalah upaya untuk mendorong minyak melewati terendahnya dan menginduksi beberapa penjualan teknis," katanya melalui telepon dari Sydney.
"Persediaan minyak mentah yang membengkak di AS meningkatkan tekanan turun pada harga WTI, meningkatkan diferensialnya terhadap patokan internasional Brent," kata BMI Research dalam sebuah catatan.
Harga minyak sempat menguat setelah laporan persediaan minyak mentah komersial AS dirilis pada hari Rabu.
Namun harga segera turun kembali karena para pedagang mengambil catatan persediaan yang lebih tinggi di bensin, kenaikan persediaan di pusat perdagangan Cashing, Oklahoma dan berkurangnya penurunan produksi minyak.
Para analis mengatakan sentimen juga dirusak oleh laporan dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang menunjukkan produksi kartel naik sekitar 130.000 barel per hari pada Januari.
Laporan OPEC menyusul prospek suram yang dirilis Selasa oleh Badan Energi Internasional, yang memperkirakan surplus minyak dunia akan lebih besar dari perkiraan sebelumnya pada semester pertama 2016. (AFP/Ant)
Editor : Bayu Probo
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...