MPR Minta Aparat Kepolisian Bergerak Terkait Gafatar, Bukan MUI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI), Zulkifli Hasan, mengatakan, peristiwa orang hilang di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang diduga bergabung dengan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) adalah ranah aparat kepolisian untuk mencarinya dan bukan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
"Meresahkan orang apalagi menculik orang tentu bukan MUI, aparat harus bertidak kalau sudah menculik orang, orang hilang tentu aparat bertindak, kalau MUI mengimbau saja boleh tidak mempunyai kekuatan, kalau sudah melanggar hukum, aturan tentu aparat yang bertanggung jawab," kata Zulkifli Hasan di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, hari Selasa (12/1).
Menurut Ketua Umum Partai PAN ini soal aliran Gafatar untuk mendirikan Islam di Indonesia ini harus diluruskan.
"Itu sudah bulak balik, kita sudah final NKRI, Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, kemudian Bhineka Tunggal Ika, sudah final jadi kalau ada yang aneh-aneh itu mundur lagi tentu harus kita luruskan ini kan baru isu kalau benar kita luruskan tentu untuk melakukan pencerahan warga bangsa yang belum memahami atau belum menyadari penting Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika NKRI dan UUD," kata dia.
Daftar orang hilang semakin bertambah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Setelah dokter dan PNS hilang di Yogyakarta, kali ini giliran pelajar kelas 1 SMA, Ahmad Kevin Aprilio (16). Ia menghilang sejak pergi dari rumah pada 26 November 2015 lalu.
Maria Resubun, nenek Kevin, mengatakan saat itu cucunya ingin menjenguk kakeknya di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang sedang sakit. Ia tidak curiga karena Kevin pergi bersama ayahnya, Sanggar Yamin. Namun, sehari kemudian nomor telepon Kevin sudah tidak bisa dihubungi.
"Ayahnya meminta izin mengajak Kevin menjenguk kakeknya yang sakit di Bima terus mereka pergi pakai mobil, setelah itu sudah tidak bisa lagi dihubungi," kata Maria hari Minggu, (10/1).
Sebelumnya, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan sinyalemen munculnya kelompok yang diduga menyebarkan aliran sesat merupakan tantangan bagi tokoh agama.
"Karena itu ke depan para tokoh agama harus lebih berkemampuan untuk dakwahkan ajaran yang benar kepada masyarakat sehingga tidak ada peluang bagi pihak lain untuk menyebarkan ajaran yang tidak sesuai dengan pokok ajaran agama itu," kata Lukman Hakim di Kendari, usai bertatap muka dengan tokoh agama di Sulawesi Tenggara, hari Sabtu (8/3).
Munculnya gerakan yang disinyalir membawa aliran sesat, kata Lukman, menjadi bahan evaluasi dan refleksi diri bagi para pemuka atau tokoh agama agar lebih intensif dalam mendakwahkan agama ke masyarakat.
"Sehingga yang didapat masyarakat bukanlah aliran sesat dan aliran yang menyimpang atau aliran yang aneh-aneh," kata dia.
Ditanya terkait keberadaan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di Sultra yang disinyalir membawa aliran atau ajaran sesat, Lukman mengaku itu kewenangan tokoh agama setempat untuk segera menyikapinya.
"Para tokoh agama harus segera menyikapi munculnya sinyalemen seperti itu agar segera memberikan pemahaman dan penyadaran kepada masyarakat yang diduga ikut dalam aliran itu," kata Menag.
Editor : Eben E. Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...