Muslim Badui: Kristen dan Yahudi Teman Kami, ISIS Tidak
SINAI, SATUHARAPAN.COM - Semenanjung Sinai kini menjadi salah satu garis depan baru dalam pertempuran melawan kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS. Namun, mereka yang berjuang mempertahankan kawasan itu bukan lah para tentara atau polisi. Mereka adalah warga suku Badui Mesir, yang mengklaim berhasil memukul mundur ISIS tanpa menembakkan satu butir peluru pun.
"Mereka (ISIS) bukan Muslim," kata Sulieman El Meharwel, salah satu dari tiga pemimpin suku yang berbicara kepada CNN tentang bagaimana melawan ISIS.
"Mereka membunuh siapa saja yang tidak setuju dengan mereka. Kami menerima semua orang, termasuk orang Kristen dan Yahudi, tapi kami tidak pernah bisa menerima ISIS," kata dia dalam laporan ekslusif CNN yang dilansir pada Selasa (10/11).
Adalah ISIS cabang Mesir yang mengklaim telah menjatuhkan pesawat Metrojet 9268 milik Rsia di Sinai, yang menewaskan 224 penumpang.
Para pemimpin Badui mengatakan ISIS telah mencoba untuk masuk ke wilayah mereka melalui selatan beberapa kali untuk melakukan perang gerilya melawan pemerintah Mesir, tetapi tidak pernah berhasil.
"Kami sudah menghentikan ISIS lebih dari 20 kali. Kami pergi dengan lebih dari 50 mobil dan memaksa mereka pulang," kata Abu Atwey, dari suku Tarabeen.
"Kami mengatakan kepada mereka, mereka tidak diperbolehkan masuk wilayah kami. Kami tidak menembak satu peluru pun karena jika ada satu tembakan peluru, akan ada perang (suku)."
"ISIS takut karena kami bersatu. Mereka takut kami. Jika kami tidak memakai senjata kami, mereka tidak akan takut. Kami memiliki cukup senjata dan kami memaksa mereka kembali," kata Abu Atwey
"Tentara mengatakan kepada kami, 'Setiap Anda akan mendapatkan pistol jika mereka mencoba untuk datang ke daerah Anda.' "
Bagaimana ISIS di Sinai Lahir
Pemimpin Badui menggambarkan ISIS di Sinai merupakan percampuran dari beberapa warga lokal Badui, warga Mesir dari Lembah Nil, warga Palestina dari Gaza dan orang asing lainnya.
Akar dari kelompok yang telah menjadi sayap ISIS Mesir itu berawal pada tergulingnya Housni Mubarak dari kursi presiden Mesir pada tahun 2011.
Kelompok militan Ansar Al Beit Maqdis (ABM) mulai menguasai bagian dari Sinai utara. Ia amendekati beberapa pemuda di kawasan itu yang kehilangan haknya dan memanfaatkan masyarakat Badui setempat yang terpinggirkan.
Kelompok ini kemudian berkembang di bawah keamanan yang longgar dari Presiden Mohamed Morsy, yang berasal dari Ikhwanul Muslimin.
Setelah tersingkirnya Morsy pada 2013 gelombang teror mulai bangkit dengan membunuh ratusan orang, termasuk tentara, polisi dan warga sipil. Kemudian pada bulan November 2014, ABM berjanji setia kepada pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi, dan Wilayat Sinai, Negara Sinai, pun lahir.
ISIS memperoleh senjata selundupkan dari negara tetangga, Libya. Para teroris menyebarkan berbagai taktik, termasuk pelaku bom bunuh diri, bom rakitan, tembak lari dan rudal anti-tank dan anti-pesawat.
Warga Badui selama ini merasa didiskriminasi oleh pemerintah Mesir. Sebaliknya, pemerintah Mesir meragukan loyalitas suku yang berpindah-pindah ini.
Para kepala suku Badui mengatakan mereka siap berperang melawan ISIS bila pemerintah menghendaki mereka berperang. "Suku-suku siap mengalahkan ISIS. Jika pemerintah datang dan memberi kami bantuan tentara dan memerintahkan kami berperang, kami akan berperang melawan ISIS," kata Abu Atwey.
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...