Muslim Fulani Nigeria Sembelih 13 Orang Kristen
NIGERIA, SATUHARAPAN.COM - Kaum gembala Muslim Fulani di Nigeria dilaporkan menyerang sejumlah desa di di Kaduna, di bagian utara negara itu pekan lalu. Sedikitnya 13 orang tewas dan anggota jemaat dari tiga gereja melarikan diri dari tempat mereka.
WND, sebuah situs berita Kristen terbesar di dunia berbasis di Amerika Serikat, melaporkan keterangan seorang saksi yang selamat yang berkata kepada Morning Star News, bahwa para gembala Fulani itu menewaskan dua wanita Kristen di desa Ninte pada 1 Agustus. Lalu pada 2 Agustus beberapa orang Kristen lainnya juga mereka bunuh di Gada Biyu, desa lainnya.
Sementara itu, surat kabar lokal melaporkan sembilan orang tewas pada peristiwa di Gada Biyu, dua tewas di Akwa'a pada 3 Agustus.
Berita pembantaian itu muncul pada hari yang sama dengan sebuah laporan baru yang dirilis oleh Media Research Center yang menuduh bahwa media AS telah menutupi genosida Kristen di Timur Tengah.
Salah satu dari ratusan pengungsi Kristen dari daerah itu, Martha Yohanna dari Gereja Baptis Alheri di Desa Gada Biyu, mengatakan kepada Morning Star News bahwa serangan terhadap Ninte dan desa Gada Biyu dilakukan oleh gembala-gembala Muslim Fulani. Para gembala Muslim telah memiliki senjata berat dalam beberapa tahun terakhir.
"Pada tanggal 1 Agustus di sekitar tengah hari di Ninte, para gembala Fulani menyerang dua wanita Kristen dan seorang pria saat mereka berada di pertanian mereka," kata dia.
"Mereka menyembelih mereka dengan parang. Seorang wanita dan menantunya dibunuh oleh para gembala Fulani sementara yang pria masih di rumah sakit pada saat saya berbicara dengan Anda," kata dia.
Hari berikutnya, para gembala Fulani menewaskan delapan orang Kristen di Gada Biyu, termasuk lima orang diidentifikasi dengan nama Jumat, Akoro, Mamman, Danladi, dan Jerry.
Yohanna juga mengatakan bahwa kakak iparnya, Joseph, 25 tahun, hilang dan diduga telah dibunuh oleh para gembala.
"Sudah seminggu dia belum terlihat, dan tidak ada yang mendengar berita tentang dia," katanya.
Ia melanjutkan kisahnya bahwa pada 3 Agustus, setelah pasukan keamanan mengejar, para gembala Fulani itu kembali lagi ke Gada Biyu sekitar pukul 18:00 dan membakar rumah-rumah.
"Mereka melakukan perusakan selama tiga jam," kata Yohanna. "Saya melarikan diri dari Gada Biyu ke Gidan Waya, pada hari Senin (Agustus 1) ketika kelompok Fulani datang untuk menyerang desa pada siang hari, dan kembali pada hari Rabu sore untuk mengambil beberapa pakaian kami. Pada hari Rabu malam, gembala Fulani kembali ke desa saya untuk menghancurkan rumah kami. Mereka menyalakan api di beberapa rumah sebelum polisi dan tentara datang ke sana untuk mengusir mereka."
Gada Biyu yang terletak di dekat Kafanchan, memiliki tiga jemaat Kristen yang mengungsi akibat serangan. Menurut Yohanna jemaat-jemaat itu adalah Gereja Baptis Alheri, Gereja Baptis Sabon Rai dan Gereja Injili Winning All.
"Tiga pendeta melarikan diri dari desa pada saat serangan, dan sejak serangan itu belum kembali ke desa," katanya.
"Pendeta saya, Pendeta Nathan Jaweson dari Gereja Baptis Alheri, pada hari Senin mengevakuasi keluarganya ke Godogodo, setelah pembunuhan dua wanita di desa Ninte. Ia kemudian kembali ke Gada Biyu."
Pendeta itu lolos dari pembunuhan pada 2 Agustus saat ia berenang menyeberangi sungai di Gada Biyu. Dia sekarang tinggal sebagai pengungsi di Kafanchan.
Pendeta dari gereja ECWA juga telah melarikan diri ke Godogodo, sedangkan keberadaan pendeta dari Gereja Baptis Sabon Rai tidak diketahui. Karena serangan, tiga gereja di Gada Biyu tidak mengadakan kebaktian pada Minggu (7 Agustus). Gereja Baptis Alheri biasanya memiliki sekitar 300 anggota.
Editor : Eben E. Siadari
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...