Muslim Kristen Palestina Renovasi Gereja Kelahiran Kristus
BETLEHEM, SATUHARAPAN.COM – Sebagai kekayaan nasional negaranya, rakyat Palestina—Muslim dan Kristen—bangga renovasi tahap pertama Gereja Kelahiran Kristus di Betlehem sudah selesai.
Gereja yang juga disebut Church of Nativity dalam bahasa Inggris atau Kenisat Almahd ini dibangun pada abad keempat oleh Ratu Helena, ibunda Kaisar Romawi Konstatinus. Gereja dibangun di atas situs yang diyakini sebagai gua tempat Yesus Kristus dilahirkan dari perawan Maria.
“Untuk pertama kalinya Anda dapat melihat mosaik yang benar-benar megah dan indah dan unik di seluruh dunia,” kata Ziad al-Bandak, ketua komite Palestina yang bertanggung jawab atas renovasi seperti dilansir AP, Selasa (16/2).
Sebelum proyek ini dilaksanakan, atapnya sangat membutuhkan perbaikan, dan kebocoran telah merusak sejumlah besar mosaik dan lukisan gereja. Sekarang, atapnya telah diperbaiki, juga karya seni berharga ini telah dikembalikan ke keindahannya.
Mosaik yang sudah direnovasi di jendela Gereja Kelahiran Kristus.
Karena hubungan tegang di antara tiga denominasi Kristen yang mengelola Gereja Kelahiran Kristus—Katolik, Ortodoks Yunani dan Gereja Armenia—renovasi sempat tertunda. Sebab, secara tradisi dinyatakan bahwa siapa pun yang membiayai renovasi area gereja maka akan memilikinya.
Ketegangan itu berlangsung ratusan tahun. Sebab pada 1461 ada catatan dari peziarah gereja yang menulis, “Kayu-kayu atap yang dibangun di zaman kuno membusuk. Dan, struktur bangunannya berguguran tiap hari menuju kehancuran.”
Kebuntuan ini diatasi melalui keterlibatan Otoritas Palestina pada 2013. Hal ini membuat renovasi diatur dan didanai oleh otoritas Palestina dan donor internasional. Keterlibatan Otoritas Palestina sebagian termotivasi oleh keinginan agar gereja ini diakui sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO.
Mosaik retak yang yang menjadi objek restorasi.
Al-Bandak mengatakan hampir delapan juta dolar (Rp 107,2 miliar) telah dibelanjakan. Selain dari Palestina, menurut penasihat Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas untuk urusan kekristenan ini ada tim internasional yang bekerja untuk merenovasi gereja ini termasuk dari Italia yang mengkhususkan diri dalam renovasi situs sejarah.
Masalah-masalah struktural atap telah diselesaikan dan untuk pertama kali dalam hampir 1.000 tahun, ribuan ubin mosaik telah diperbaiki.
Restorasi yang lebih lengkap rencananya akan makan waktu tiga tahun lagi dan diperkirakan biaya lebih dari $ 11 juta (Rp 147 miliar), kata al-Bandak.
Meskipun mereka belum memiliki dana, Presiden Abbas mengatakan kepada al-Bandak untuk terus melanjutkan pekerjaan. “Dia mengatakan kepada saya dari awal: ‘Bahkan jika Anda tidak memiliki semua uang melakukan pekerjaan, terus lanjutkan, sebab ini merupakan tempat suci dan uang akan datang,’” katanya. (Christian Today)
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...