Nasirun Pamerkan Koleksi "Jas Merah"
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sebanyak tujuh puluh enam karya seni dua-tiga matra koleksi seniman-perupa Nasirun dipamerkan di Indieart house. Pameran dibuka Jumat (17/8) malam bertepatan dengan perayaan Hari Kemerdekaan ke-73 RI.
Sebagian besar karya berupa sketsa, drawing, lukisan, ukiran, dan patung adalah karya dari maestro seni rupa Indonesia diantaranya Raden Saleh Syarif Bustaman, Affandi, Sapto Hudojo, Henk Ngantung, Djoko Pekik, Basuki Abdullah, Hendra Gunawan, dan Trubus.
"Para pendahulu kita yang tetap konsisten berkarya-berjuang-berkesenian tetapi karya-karya mereka banyak yang tidak terapresiasi oleh publik. Jas Merah jadi tajuk pameran ini, ada satu karya yang (menurut saya) luar biasa dari Dargono Soekarno (pada karya itu) ditulis saya maoe menjadi seorang pahlawan. Ini menyentuh sekali. Lalu ketika melihat karya di tahun 1922-1945, saya tidak pernah membayangkan bahwa di saat itu mereka tetap punya semangat untuk tetap berkesenian-berkarya. Itu menginspirasi saya, semoga ini bisa melanjutkan perjuangan para seniman terdahulu," kata Nasirun pada pembukaan pameran.
Lebih lanjut Nasirun berharap kepada seniman, pemilik galeri, maupun kolektor pada setiap tanggal 17 Agustus membuat kegiatan rutin bersamaan dengan memperingati Hari Kemerdekaan RI sekaligus menghargai seniman terdahulu yang berjuang lewat kesenian dengan mengapresiasi karya-karya mereka yang dipamerkan.
Sebagian besar karya koleksi Nasirun cukup terawat meskipun telah berumur puluhan tahun. Karya drawing yang dibuat Kho Khiembing tahun 1944 dengan medium cat air di atas kertas masih menyisakan warna cat air serta kertas yang tidak terlalu memudar. Perawatan karya dengan medium kertas yang mudah berubah warna, rentan berjamur karena mudah lembab, mudah sobek, dimakan serangga, hingga faktor kerusakan lainnya perlu perawatan khusus dan telaten. Begitupun dengan dua buah karya patung lilin yang masih terlihat detail karya dan terawat. Bahkan sebuah sketsa karya Affandi terlihat masih baru dengan goresan-goresan garis di atas kertas putih yang masih cerah.
Karya seni di masa lalu bisa menjadi catatan sejarah perjalanan sebuah bangsa. Serangan Umum 1 Maret 1949 direkam Soedibio pada karya sketsa tinta di atas kertas bertanggal "Djogja 2 Djuli 1949". Raden Saleh Syarif Bustaman merekonstruksi penangkapan Pangeran Diponegoro dalam sebuah sketsa berjudul "Penangkapan Pangeran Diponegoro" di atas kertas berukuran 42 cm x 56 cm. Sementara pelukis Basuki Abdullah merekam pertemuan Presiden RI dengan Perdana Menteri India saat berlangsungnya Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 dalam karya drawing menggunakan cat air di atas kertas berjudul "Soekarno & Jawaharlal Nehru".
Pejabat negara pun tidak luput berkarya seni. RM Soewardi Soerjaningrat alias Ki Hadjar Dewantara yang dikenal sebagai Menteri Pendidikan RI pertama kali serta Bapak Pendidikan membuat drawing menggunakan cat air di atas kertas. Sebuah karya sketsa berjudul "Laskar Rakjat" dibuat Henk Ngantung bertahun 1946. Selain dikenal sebagai pelukis, Henk Ngantung yang memiliki nama lengkap Hendrik Hermanus Joel Ngantung adalah Gubernur DKI Jakarta tahun 1964-1965 pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Pengangkatannya ketika itu agar Henk menjadikan Jakarta sebagai kota budaya.
Pameran "Jas Merah" memulai satu langkah penting mengenal kembali, mengapresiasi, serta mengedukasi bersama tentang potensi seni, seniman, dan gerak berkeseniannya. Akan menjadi lebih menarik lagi ketika display karya dilengkapi dengan sentuhan ilustrasi-narasi serta memperhatikan ruang sehingga display karya tidak saling mengganggu dan mengintervensi satu sama lain. Pameran "Jas Merah" sekaligus bisa menjadi pintu masuk untuk membangun pangkalan data (database) maupun pemetaan ketersebaran karya-karya seni dari seniman-perupa Indonesia. Dengan demikian karya seni sebagai salah satu catatan sejarah sebuah bangsa bisa lebih banyak berbicara.
Pameran karya-karya seniman-perupa old maestro koleksi Nasirun menjadi tawaran menarik bukan sekedar apresiasi karya seni namun juga ruang edukasi. Bagi masyarakat umum, bukan perkara mudah bisa menyaksikan karya-karya maestro seni ketika sudah memasuki ruang-ruang privat kolektor benda seni. Istana Negara sendiri sejak tahun 2015 menggelar pameran koleksi benda seni Istana yang digelar setiap bulan Agustus di sebuah galeri.
Bagi pemerintah, ini menjadi tantangan tersendiri ketika hingga saat ini tidak ada satupun museum seni rupa yang dimiliki negara. Dengan jejak langkah seniman-perupa sejak sebelum kemerdekaan hingga saat ini yang telah memberikan warna bagi dunia seni rupa Indonesia maupun dunia, ada baiknya pemerintah berpikir untuk membangun museum seni rupa.
Dengan pancingan pameran "Jas Merah" koleksi benda seni milik seniman-perupa Nasirun, semoga dengan lebih dari 4.500 seniman-perupa di wilayah Yogyakarta saat ini harapannya pemerintah daerah bergerak membangun museum seni rupa sebagai ruang edukasi, apresiasi, hingga presentasi, karena sesungguhnya museum bukanlah tempat untuk sekedar membekukan masa lalu namun juga berjuang untuk masa depan.
Pameran koleksi seni "Jas Merah" di Indieart house, Jalan AS Samawat No 99 Tirtonirmolo-Kasihan, Bantul berlangsung hingga 31 Agustus 2018.
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...