Natuna Milik Kita

SATUHARAPAN.COM – Apa yang sudah kita lakukan untuk Natuna? Kita sama-sama tahu bahwa nelayan Tiongkok menjarah ikan di wilayah perairan Indonesia. Terjadi ketegangan antara dua negara karena pihak keamanan Tiongkok menghalangi pihak keamanan Indonesia membawa kapal nelayan tersebut. Mendengar berita itu, pastilah kita marah dan menghujat tindakan pihak keamanan Tiongkok. Kita merasa harga diri sebagai bangsa terluka.

Kejadian macam begini pernah kita alami. Masih ingatkah kita akan batik yang sempat diklaim milik Malaysia? Mungkin kita pun berang saat itu. Namun, mengapa hal itu bisa terjadi? Jawabanya karena kita tidak peduli terhadap batik. Dan akhirnya Malaysia mengklaim batik sebagai warisan budayanya. Jika sejak awal kita peduli terhadap batik, apakah Malaysia akan mengklaimnya sebagai miliknya? Tentu tidak akan pernah terjadi, bukan? Tidak ada asap kalau tidak ada api.

Kita boleh marah siapa pun yang menginjak harga diri kita selaku bangsa. Namun, kita perlu bertanya kepada diri kita: ”Apakah kita sungguh peduli?” Seorang petani cabai akan merawat cabainya dengan baik. Seorang tukang ojek akan merawat motornya agar tidak mogok. Seorang anggota satpam akan menjaga tempat kerjanya dengan sungguh. Dan seharusnya kita menjaga Natuna dengan maksimal, bukan menunggu Tiongkok mengusik dahulu.

Terlalu banyak masalah yang kita hadapi saat ini. Kepedulianlah yang sesungguhnya akan memampukan kita menguraikannya. Mencegah tentulah lebih baik daripada mengobati. Kepedulian di awal terhadap apa yang kita miliki lebih baik ketimbang rasa peduli setelah semuanya habis dijarah negara lain. Kita perlu berbenah, introspeksi, dan peduli terhadap karunia Tuhan kepada kita selaku bangsa.

Semoga insiden Natuna merupakan kisah terakhir!

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro