Nelson Mandela Day: Perhatian untuk Program Melek Huruf
PRETORIA, SATUHARAPAN.COM – Pada 18 Juli ini, mantan Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela akan mencapai usia genap 95 tahun. Namun ulang tahunnya ini datang ketika dia masih harus terbaring karena sakit lebih dari sebulan yang dimulai dari infeksi di sistem pernafasannya.
Mandela yang lahir dengan nama Nelson Rolihlahla Mandela berasal dari klan Madiba di Mvezo, Transkei. Dia lahir pada 18 Juli 1918, dan biasa dipanggil dengan nama klannya, Madiba. Mandela dikenal sebagai pejuang anti diskriminasi (anti apartheid di Afsel) dan pemenang hadiah Nobel perdamaian karena peran pentingnya dalam rekonsiliasi di Afsel.
Untuk perjuangannya itu dia dihukum oleh pemerintah minoritas kulit putih yang rasis selama 30 tahun, dan 27 tahun di antaranya dihabiskan di penjara pollsmoor di Pulau Ruben. Kepemimpinan Mandela sebagai presiden akhirnya membawa negara itu luput dari perang sudara dan mengambil peluang untuk membangun Afrika Selatan yang disebutnya sebagai “rainbow nation” (bangsa pelangi) karena menerima semua unsur bangsa itu untuk kekuatan pembangunanAfsel.
Kepemimpinannya yang inspiratif menjadikan Mandela sebagai sumber motivasi untuk berbagai pembangunan. Di antaranya adalah adanya Nelson Mandela Day yang diselenggarakan untuk momentum bagi gerakan perbaikan sosial. Kegiatan ini sering didasari oleh semangat Mandela yang selalu memberi perhatian kepada warga negara yang terlemah. Dia pernah mengatakan bahwa semestinya sebuah bangsa tidak dinilai dari cara memperlakukan warga negara dari kelas atas, tetapi bagaimana memperlakukan warga yang terlemah.
Oleh panitia di ASfsel, Mandela Day akan memfokuskan perhatian pada melek huruf. Sebab, kemampuan ini merupakan salah satu keterampilan yang paling penting bagi setiap individu. Melek huruf adalah sarana pemberdayaan, dan akses kepada pendidikan lanjutan dan membuka kesempatan hidup, serta sarana untuk demokrasi yang transformatif.
Panitia sendiri menyebutkan bahwa melek huruf (literacy) merupakan agenda utama bagi generasi muda, dan masih merupakan tantangan besar di Afrika Selatan. Data pada Program Pembangunan Perserikaran Bangsa-bangsa (PBB / UNDP) di Afrika selatan masih sekitar 10 persen penduduknya yang belum melek huruf. Di Indonesia sendiri diperkirakan kondisinya hampir sama, yaitu sekitar sepuluh persen dari penduduk berusia 15 tahun ke atas yang buta huruf. (nelsonmandeladay.org)
Di dunia, angka buta huruf masih cukup tinggi, terutama di negara-negara berkembang. Angkanya sekitar 16 persen dari sekitar tujuh miliar penduduk dunia yang masih buta huruf. Angka pada perempuan umumnya lebih tinggi dibandingkan pria.
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...