Loading...
SAINS
Penulis: Reporter Satuharapan 10:05 WIB | Kamis, 18 Juli 2013

Sukses Finlandia Karena Kesetaraan dan Investasi pada Manusia

Sukses Finlandia Karena Kesetaraan dan Investasi pada Manusia
Anak-anak yang bahagia adalah aset penting bagi masa depan Finlandia. (Foto dari the atlantic)
Sukses Finlandia Karena Kesetaraan dan Investasi pada Manusia
Angka kematian bayi yang terus menurun.

FINLANDIA, SATUHARAPAN.COM – Negara ini memiliki biaya pengobatan murah, anak-anak cerdas, ibu yang bahagia, kondisi kerja yang lebih baik, pengangguran yang bebas dari rasa cemas, dan mudahnya pinjaman bagi pelajar ketimbang  kondisi negara kita. Apa yang sebenarnya terjadi di negara itu. Inilah yang dilaporkan the atlantic tentang orang Finlandia.

Seorang karyawan biasa mendapatkan 36 liburan setiap tahunnya, ini belum termasuk hari libur nasional. Jika perlu, karyawan bisa meninggalkan pekerjaannya dan kembali pada posisi sebelumnya pada bulan depan kemudian.

Tidak diragukan lagi negara tersukses dan sejahtera ini memiliki angka kematian bayi yang rendah, nilai terbaik pada anak-anak sekolah, dan angka kemiskinan yang rendah. Berdasarkan statistik dunia, Finlandia menempati rangking pertama negara bebas korupsi dengan kemampuan kontrol korupsinya 98% berdasarkan statistik Transparency International, serta menempati urutan ke tujuh negara paling aman di dunia berdasarkan Global Peace Index.

Pendidikan Terbaik

Cerita populer lainnya mengenai sistem pendidikan di negara yang disebut-sebut sebagai negara kedua terbahagia di dunia ini, telah diakui sebagai terbaik sedunia. Tidak ada ujian akhir yang membuat stres pelajar atau standardisasi pendidikan seperti sistem di Indonesia di mana pelajar terus dijejalkan pada hafalan di kelas. Sebaliknya, di sana lebih banyak sekolah melakukan penyesuaian terhadap kebutuhan setiap anak. Jam sekolah di sana juga lebih singkat hanya beberapa jam saja, dibandingkan dengan negara barat lainnya.

Biaya universitas gratis. Kalaupun perlu meminjam uang bunga pinjamannya hanya satu persen. Bahkan seorang imigran ketika ia mempelajari bahasa Finlandia dan pelatihan di sana, negara membayarnya sebesar 700 Euro per bulan atau sama dengan delapan juta rupiah lebih.

Sukses dalam Kehidupan Keluarga

Kesehatan ibu dan anak di Finlandia selalu menjadi topik utama yang disorot. Pemerintah Finlandia memiliki Undang-undang empat bulan libur yang dibayar (cuti) untuk mengurus keluarga bagi seorang wanita (maternal leave). Lebih dari itu, wanita ataupun pria bisa saling bergantian diperbolehkan mengambil cuti enam bulan tambahan yang biasa disebut masa "parental leave" dengan tetap dibayar.

Maka anak-anak bisa terus bersama ibu mereka di rumah sampai mencapai usia sekolah, atau orangtua bisa juga menitipkan mereka di pusat pengasuhan anak, yaitu sebuah lembaga yang juga disubsidi pemerintah. Lembaga itu penyedia layanan tersebut dan dikelola oleh tenaga profesional yang telah benar-benar dilatih.

Biaya disesuaikan dengan pendapatan keluarga, dan biaya termahal yang dikenakan adalah US$ 4.000 per tahun. Bandingkan untuk hal yang sama di Amerika Serikat perlu biaya sampai US$10.000 yang sepadan dengan  Rp 100 juta.

Tunjangan Bagi Pengangguran

Menjadi pengangguran bukanlah sebuah momok bagi masyarakat Finlandia. Asuransi bagi pengangguran bisa untuk hidup 500 hari di sana, sampai setelah bisa bekerja kembali. Jumlah pengangguran cukup tinggi, tapi tidak terlalu parah yaitu mencapai 7,7 berdasarkan data worldbank, di mana Indonesia sebesar 6,6 sampai pada tahun 2012.

Jika pada saat tersebut sakit, pemerintah memberikan kompensasi berupa biaya kesehatan murah dan dokter. Bahkan, selama tidak punya pekerjaan  mendapat bantuan yang disebut “tunjangan perawatan khusus”. Biaya tersebut juga cukup untuk mengurus anak-anak.

Semua hal baik tersebut membuat masyarakat Finlandia terbebas dari stres dan rasa khawatir yang berhubungan dengan biaya hidup sehari-hari.

“Orang-orang di Finlandia lebih aman dan bebas dari kecemasan dibanding Amerika, karena ada batas di mana mereka tidak akan merasakan jatuh,” kata Linda Cook, politisi sekaligus ilmuwan di Brown University yang mempelajari kesejahteraan negara di Eropa.

“Meskipun mereka menghadapi masa menganggur atau sakit, orang Finlandia bisa mendapatkan biaya dari negaranya, layanan kesehatan masyarakat, atau pendidikan," lanjutnya.

Masa Suram dan Kebangkitan

Finlandia tidak sesukses ini sebelumnya, setidaknya sebelum awal abad 20an. Pasda masa itu mereka hidup dengan bertani dan belum berkembang, dengan GDP (gross domnestic product) sebesar 30 sampai 40 persen per kapita, dan masih tertinggal dari negara Nordik lainnya.

Hal pertama yang dilakukan Finlandia yaitu kebijakan jender. Pada awal abad ke-20, negara fokus terhadap meningkatkan program Kesehatan Ibu dan Anak, karena bagi mereka wanita adalah inti dari kemerdekaan Finlandia dan upaya pembangunan bangsa. Wanita Finlandia merupakan yang kedua terpilih pada 1906, dan mewakli negaranya sejak pertama kali di parlemen.

Ellen Marakowitz, dosen Colombia University yang mempelajari Finlandia mengemukakan pendapatnya, bahwa wanita membantu modernisasi. Hal-hal seperti maternal leave dan keuntungannya bagi anak-anak dan kesejahteraan akan berdampak pada dekade demi dekade setelahnya.

“Negara harus punya sistem yang bisa membangun kepedulian terhadap masalah kewarganegaraan, baik pria maupun wanita, dibandingkan hanya hak wanita saja. Pemerintah menciptakan persamaan jender dan hak bagi pria dan wanita,” katanya.

Kekuatan persatuan perdagangan orang Finlandia pertama kali adalah perlindungan tenaga kerja. Saat ini kasarnya 70 sampai 80 persen orang Finlandia merupakan anggota serikat pekerja, di mana kelompok tersebut yang mengatur gaji dan kondisi kerja bagi setiap kelompok populasi.

Finlandia telah menjadi negara industri sejak 1960an, di mana kebijakan ekonominya diciptakan melalui pembangunan mentalitas persamaan. Hal ini dilakukan baik baik buruh maupun atasan, tidak terkecuali tunjangan lain seperti makan siang gratis, maupun pijat kesehatan.

"Pemikiran bahwa mereka hanya punya lima juta jiwa penduduk dan tidak mau menyia-nyiakannya. Jika masyarakat bahagia, mereka akan memiliki etos kerja yang maksimal, dan negara akan berkembang," kata Andrew Nestingen, profesor yang mengetuai program penelitian Finlandia di University of Washington. Teori mereka adalah “orang harus dapat sepiring makan agar mereka bisa mendapatkan yang mereka inginkan, dan kemudian menjalani rencana hidup mereka."

Dalam banyak hal Finlandia sukses karena investasi mereka pada sumber daya manusia dan pembebasan biaya pendidikan, menciptakan masyarakat yang sejahtera yang akan membayar kembali pada negara di kemudian hari.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home