Neraca Perdagangan Mei Surplus Dipicu Turunnya Impor BBM
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kementerian Perdagangan menyatakan bahwa penekanan impor bahan bakar minyak (BBM) berdampak kepada surplusnya neraca perdagangan Mei 2015 sebesar US$ 955 juta.
"Total impor selama bulan Mei 2015 mencapai US$ 11,6 miliar atau mengalami penurunan 21,4 persen dibanding tahun lalu. Penurunan impor ini dipicu oleh berkurangnya permintaan impor minyak baik mentah maupun olahannya yang impornya masing-masing turun 54,1 persen dan 40,6 persen," kata Menteri Perdagangan Rachmat Gobel di kantor Kemendag Jalan Ridwan Rais Jakarta Pusat, Selasa (16/6).
Secara kumulatif, neraca perdagangan selama Januari-Mei 2015 mengalami surplus US$ 3,8 miliar. Perolehan surplus neraca perdagangan selama 2015 ini berasal dari surplus neraca perdagangan nonmigas yang mencapai US$ 5,7 miliar. Sedangkan neraca perdagangan migas mengalami defisit sebesar US$ 2 miliar.
Kinerja Ekspor Nonmigas Meningkat
Ekspor nonmigas sepanjang Januari hingga Mei 2015 ke beberapa negara mitra dagang naik secara signifika seperti ke Swiss, Tanzania, Algeria, India, Taiwan, Malaysia dan Arab Saudi. Ekspor nonmigas ke Swiss tumbuh lebih dari 1.800 persen sedangkan ekspor ke Tanzania naik sebesar 154,8 persen, Algeria 53 persen, Arab Saudi 21,1 persen, India 11,9 persen, Taiwan 5,1 persen dan Malaysia naik 2 persen.
Bijih kerak, abu logam, perhiasan, besi dan baja merupakan contoh produk yang menopang peningkatan ekspor nonmigas Indonesia ke India. Sementara itu, beberapa produk yang ekspornya naik ke pasar Malaysia adalah CPO, tembaga serta ikan dan udang. Kemudian perhiasan, tembaga dan timah adalah beberapa produk ekspor Indonesia yang naik secara signifikan selama periode Januari-Mei 2015.
"Selama tahun 2015 ini, permintaan pasar impor negara-negara tujuan ekspor utama Indonesia belum memperlihatkan kondisi yang membaik," kata Mendag.
Contohnya adalah permintaan pasar impor Jepang mengalami penurunan sebesar 20,8 persen selama Januari hingga April 2015. Sementara itu, pasar impor Tiongkok, AS dan Singapura juga mengalami penurunan masing-masing 20,9 persen, 2,8 persen dan 21,2 persen.
Ekspor sektor pertanian mengalami peningkatan sebesar 0,7 persen di antaranya adalah kopi, teh dan rempah-rempah 26,7 persen, kayu dan barang dari kayu 7,2 persen. Sementara beberapa produk ekspor nonmigas, sektor industri yang turun signifikan adalah CPO sebesar 21,5 persen, kertas atau karton 35,1 persen serta besi dan baja 37,4 persen. Pertambangan juga mengalami penurunan ekspor secara signifikan terutama pada batu bara yang turun sebesar 4,8 persen (YoY).
Editor : Eben Ezer Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...