“Netanyahu Berpidato Atas Nama Freedom of Speech”
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pidato Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu di Kongres Amerika Serikat yang isinya menentang kesepakatan nuklir Iran-AS bisa terjadi dalam negara yang menjunjung tinggi kebebasan berpendapat.
Pengajar Departemen Hubungan Internasional Universitas Indonesia, Broto Wardoyo mengomentari ini, “Atas nama freedom of speech.” Menurut dia, kepada satuharapan.com, Rabu (4/3) di negara demokrasi kejadian ini normal saja.
Terkait rencana kesepakatan perjanjian nuklir AS dengan Iran, kubu oposisi AS Partai Republik mengundang pensiunan militer dengan pangkat terakhir kapten ini untuk berbicara di depan anggota DPR AS. Tentu saja Nentanyahu menyambut baik undangan itu. Dan, Presiden Barak Hussein Obama yang menentangnya—karena sudah tahu arah pidato Netanyahu—memilih tidak hadir dalam sidang paripurna tersebut.
Walaupun dalam pidatonya di Kongres, Selasa (3/3), Netanyahu mengatakan tidak ingin mencampuri urusan dalam negeri AS, ia berdalih “Kita diberi tahu bahwa ada kesepakatan buruk. Ya, ini kesepakatan yang buruk, amat buruk.”
Lewat pidatonya—yang diiringi tepuk tangan meriah dan beberapa kali disambut para anggota Kongres dengan berdiri—Netanyahu juga menyebut Iran sebagai ‘ancaman atas seluruh dunia’.
"Ibu-ibu dan Bapak-bapak, sejarah telah menempatkan kita di persimpangan jalan yang menentukan. Kita sekarang harus memilih di antara dua jalur," kata Netanyahu, dan meminta negosiator nuklir untuk menghentikan rencana Iran dan bertahan pada kesepakatan yang tidak membiarkan Teheran memiliki "infrastruktur nuklir raksasa" dan jalan mudah untuk membuat bom.
Netanyahu juga memperingatkan bahwa Teheran sudah lama menjalankan perang teror rahasia melawan AS dan Israel serta bermain "petak umpet" menyembunyikan level sebenarnya dari program nuklirnya.
Dia menambahkan bahwa proxy Iran seperti Hizbullah telah "mencengkeram Israel dengan tiga tentakel teror", dan bahwa Teheran telah masuk ke dalam kekosongan yang terjadi di Timur Tengah dengan menelan negara-negara yang terpecah oleh gejolak Timur Tengah seiring dengan ucapan-ucapan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei yang memuntahkan kebencian-kebencian lama memakai teknologi baru. "ia men-tweet bahwa Israel harus dimusnahkan," kata Netanyahu.
Dia juga mengatakan Amerika Serikat jangan sampai tertipu karena memiliki kepentingan bersama dengan Iran dalam melenyapkan ISIS seraya mengingatkan bahwa: "Musuh dari musuh Anda adalah musuh Anda." Ia juga mengingatkan bahwa Iran memiliki sejarah yang sangat panjang dalam melakukan penyerangan terhadap AS dan Israel melalui jejaring antiteror global.
Indonesia?
Apakah kejadian seperti di kongres AS ini mungkin terjadi di Indonesia? Broto Wardoyo menjawab lugas, “Mungkin.” Namun, bisa jadi tidak akan terwujud. Menurut pria yang akrab disapa Itok ini penyebabnya adalah, “DPR Indonesia tidak punya kebiasaan untuk mengundang orang bicara khusus suatu topik dalam sidang-sidang. Selain itu, eksekutif di Indonesia sangat kuat. Kalaupun ingin, jika ditentang presiden, belum tentu DPR berani mewujudkan itu.”
Baca juga:
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...