Nikaragua Terancam Jadi Seperti Venezuela dan Suriah
NEWYORK, SATUHARAPAN.COM - Duta Besar America Serikat (AS) untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Nikki Haley, Rabu (5/9), memperingatkan situasi di Nikaragua berisiko memburuk dan menjadi seperti Venezuela atau malahan Suriah.
“Setiap hari yang berlalu, Nikaragua semakin terpuruk ke dalam jalur seperti itu,” kata Haley dalam pertemuan DK PBB ketika membahas situasi di negara Amerika Tengah itu.
“Ini merupakan jalur yang dijalani oleh Suriah, dan juga Venezuela.”
Lebih dari 300 warga Nikaragua telah tewas dan ratusan cedera sejak protes damai terjadi pada pertengahan April akibat pemotongan terhadap sistem jaminan sosial Presiden Daniel Ortega yang sudah lama berkuasa. Pemotongan itu dibatalkan, tetapi protes semakin membesar dan berubah menjadi tuntutan pengunduran dirinya.
Kata Haley, DK tidak bisa berperan sebagai pengamat yang pasif, sementara situasi di Nikaragua terus memburuk dan “kita tahu ini arahnya kemana.”
“Eksodus dari Suriah menciptakan jutaan pengungsi yang menyebarkan ketidakstabilan di Timur Tengah dan Eropa,” kata Haley. “Eksodus dari Venezuela telah menjadi pengungsian terbesar dalam sejarah Amerika Latin. Eksodus warga Nikaragua akan membuat tetangga-tetangganya kewalahan dan menciptakan banjir migran dan pemohon suaka di Amerika Tengah.”
Sementara itu Asosiasi Hak Asasi Nikaragua yang selama ini memberikan informasi kepada dunia luar mengenai penumpasan mematikan yang dilancarkan pemerintah terhadap demonstran anti pemerintah mengatakan pihaknya dipaksa menutup semua kantornya.
Menurut Asosiasi itu, pihaknya juga menerima ‘ancaman telepon’ serta ‘informasi mengkhawatirkan’ bahwa pemerintah sedang berencana merekayasa dakwaan kriminal palsu terhadap para anggotanya. Tidak dirinci siapa kira-kira yang melakukan ancaman itu.
Kekerasan di Nikaragua, dikatakan, telah menewaskan 448 orang sejak bulan April. Asosiasi itu menyalahkan pemerintahan Daniel Ortega dan para warga sipil bersenjata yang mendukungnya sebagai penyebab sebagian besar kematian itu.
Presiden Ortega mencap demontran anti pemerintah sebagai teroris yang berkomplot hendak menggulingkannya. Ia menampik tuntutan demonstran agar melakukan pemilihan awal dan menolak himbauan Gereja Katholik agar ia berbicara dengan oposisi.
Demonstran menuduh Ortega, bekas pemimpin pemberontak komunis, beralih menjadi diktator otoriter yang sama dengan yang ia jatuhkan tahun 1979. (VOA)
Editor : Melki Pangaribuan
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...