Nota Kesepahaman Bersama Menutup Workshop Pengurangan Sampah
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Nota kesepahaman bersama menutup workshop Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pengurus Pusat Aisyiyah "Membangun Gerakan Perempuan dalam Pengurangan Sampah", yang berlangsung 3 - 5 Agustus 2018 di Jakarta. Nota kesepahaman bersama itu ditandatangani Minggu (5/8) di Jakarta .
Sejumlah lembaga menandatangani nota kesepahaman itu, yakni Direktur Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) Tiza Mafira, Kepala Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumberdaya Alam (LPLH-SDA) MUI Hayu Prabowo, Ketua Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pengurus Pusat Aisyiyah Nurni Akma, Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia Novrizal Tahar, dan Koordinator Kreasi Daur Ulang (SiDalang) Dhita Rachmadini.
Direktur Pengelolaan Sampah KLHK Novrizal Tahar mengingatkan sampah plastik menjadi persoalan tersendiri di antara persoalan sampah, "Persoalan sampah plastik sudah membuat ketakutan dunia. Karena dalam beberapa tahun terakhir ada kenaikan komposisi sampah. Sampah plastik naik lima persen. Jadi 16 hingga 17 persen dari sampah yang ada itu sampah plastik. Kalau ini dibiarkan maka pada 2050 bisa-bisa 40 persen dari sampah yang ada itu plastik. Bahkan pada tahun 2050 akan lebih banyak plastik di laut daripada ikan, bukan hal yang tidak mungkin."
Dia mengimbau adanya tindak lanjut berupa langkah konkret. Dia mencontohkan untuk kembali menggunakan kemasan ataupun kantong berbahan organik yang ramah lingkungan.
Sementara itu Direktur GIDKP Tiza Mafira mengatakan rasa bahagianya bisa berbagi dengan para pengurus Aisyiyah dalam workshop itu. "GIDKP sangat senang bisa berbagi dan bekerja sama dengan Aisyiyah agar dapat menyebarkan pesan dan gaya hidup pengurangan plastik sekali pakai. Dan menyebarkan pesan tersebut ke seluruh Indonesia dan ranting-ranting."
Nota kesepahaman yang ditandatangani itu menegaskan kerja sama antarlembaga yang mempunyai kesatuan visi dan misi serupa agar tidak lagi bekerja sendiri dalam mengurangi sampah plastik.
"Pada akhirnya kita memikirkan bagaimana mengurangi sampah plastik dengan bijih plastiknya yang diimpor dan mulai menggunakan tas anyaman kearifan lokal dari bangsa Indonesia untuk bangsa Indonesia."
Ketua panitia workshop Hening Parlan menuturkan persoalan sampah perlu diangkat karena sampah merupakan masalah sehari-hari. "Pengurangan sampah dimulai dari rumah tangga. Terus keluarga. Lalu lingkungan sekitarnya."
"Gerakan ini harus mampu mengubah cara pandang perempuan. Kemudian cara bersikap dan kebiasaan atas sampah. Kemudian mengubah yang sudah menjadi sampah menjadi sesuatu yang tidak hanya menjadi sampah. Menjadi sesuatu yang lebih berguna," katanya.
Editor : Sotyati
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...