Novel Re:, Ungkap Jeratan Jaringan Prostitusi
DEPOK, SATUHARAPAN.COM – Novel Re: mengungkap jalinan kisah pribadi hubungan seorang Maman Suherman dengan perempuan berinisial Re: (penulis novel sengaja menambahkan tanda “:” setelah kata “Re”), yang dilacurkan jaringan prostitusi lesbian.
“Di balik cerita kriminal tentang sindikat pelacuran, ada cerita kemanusiaan yang mengajarkan kita tidak boleh sembarangan melabel orang, kita tidak tahu mengapa mereka melacur, mengapa mereka sulit keluar dari jeratan pelacuran,” kata Maman Suherman, penulis novel Re: ketika ditemui sebelum acara bedah buku Re: di Auditorium Juwono Sudarsono, Kampus FISIP UI, Depok, Senin (17/11) malam.
Novel Re: merupakan kisah nyata yang diadaptasi dari skripsi Maman, yang dibuat pada tahun 1988-1989. Maman merupakan alumnus Kriminologi FISIP UI.
Maman beralasan mengambil tema pelacur lesbian dalam skripsinya karena pada tahun 1987, isu-isu masalah HIV/AIDS mulai mengemuka di Indonesia dan penderita HIV/AIDS selalu diidentikkan pada pelacur dan waria.
Sementara tema-tema skripsi seputar pelacuran seperti pelacuran jalanan dan pelacuran waria saat itu sudah dikaji oleh mahasiwa kriminologi. Akhirnya Maman memilih tema pelacuran lesbian, yang belum dikaji oleh mahasiswa saat itu.
“Akhirnya saya bertemu perempuan yang saya panggil Re: di Matraman. Menarik ia sangat keras (pendiriannya). Ia menyebut dirinya penyimpang ganda, sudah menjadi pelacur, lesbian pula,” kata Maman menceritakan awal perjumpaan dengan Re: yang kemudian menjadi salah satu narasumber skripsinya.
“Di mata dosen-dosen di FISIP sangsi saya bisa bertemu dengan pelacur lesbian, beruntung beberapa dosen termasuk pembimbing skripsi saya ikut turun lapangan juga,” tambah Maman.
Dalam novel Re: dikisahkan secara gamblang bagaimana kejamnya jeratan jaringan prostitusi lesbian di Jakarta pada akhir 1980-an. Perempuan-perempuan yang terjerat jaringan prostitusi dipaksa menjadi lesbian, karena pekerja seks lesbian berharga “mahal” daripada pekerja seks dengan orientasi heteroseksual.
Re: mengungkapkan betapa sulitnya pekerja seks untuk keluar atau melarikan diri dari jeratan jaringan prostitusi lesbian pada saat itu. Germo-germo prostitusi lesbian tidak segan membunuh pekerja seks lesbian yang berusaha melarikan diri. Penyiksaan dan pembunuhan pekerja seks lesbian merupakan hal lumrah pada masa itu.
Maman menovelisasi skripsinya sebagai wujud pesan Re: agar kisahnya dikabarkan supaya masyarakat tahu tentang fenomena prostitusi lesbian dan tidak mudah menghakimi perempuan korban jaringan prostitusi.
“Ada pesan khusus dari Re:, ia tidak mau orang lain seperti dia, ketika ada orang yang terjerat jaringan pelacuran, kita mudah bilang tobat itu gampang kok, tapi mampu tidak mereka keluar dari jaringan itu. Kadang-kadang manusia itu lebih kejam dari Tuhan,” kata Maman.
“Re: pernah bilang ‘itu skripsi mahasiswa kalau semua disusun mungkin sampai langit ketujuh, dan semuanya berdebu di perpustakaan. Apa kontribusi kampus buat masyarakat, kamu (maman) jadi sarjana saya tetap jadi pelacur (Re:), coba kamu (maman) ubah persepsi masyarakat,” ungkap Maman menjelaskan pernyataan Re: yang menghunjam perasaannya, sehingga Maman menovelkan skripsinya.
Maman mengakui dibutuhkan proses panjang untuk menovelisasi skripsinya. Tidak mudah membujuk penerbit untuk memublikasikan kisah Re: karena menurut Maman, kisah Re: menabrak batasan-batasan religi. Novel Re: diterbitkan pertama kali pada April 2014 oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Pantauan satuharapan.com peserta bedah buku larut dalam emosi mendengarkan kisah perjalanan hidup Re: oleh Maman. Acara ditutup oleh sesi penandatanganan buku karya Maman.
Sekilas Maman Suherman
Maman Suherman merupakan lulusan Kriminologi FISIP UI. Ia mengawali kariernya sebagai jurnalis di Tabloid Nova ketika ia masih kuliah. Selain sebagai jurnalis ia merupakan penggagas dan pemegang hak cipta Panasonic Gobel Award dan pencipta acara Indonesia Lawak Klub (ILK) di Trans 7. Re: (2014) merupakan buku karya Maman selain Matahari (2012), Bokis 1 : Kisah Gelap Dunia Seleb (2012) dan Bokis 2 : Potret Para Pesohor (2013).
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...