Obama Bertemu Dalai Lama
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM – Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, bertemu pemimpin spiritual Tibet di pengasingan, Dalai Lama, di Gedung Putih, hari Rabu (15/6). Pertemuan ini, menurut AFP, tanpa sorotan kamera dan perhatian publik untuk menghindari kejengkelan pihak Tiongkok.
Obama bertemu dalai Lama sebagai hal yang sering dilakukan dalam politik Washington dengan mengundang pemimpin Tibet itu ke Gedung Putih melalui pintu belakang.
Sejak menjabat presiden, Obama sebelumnya tiga kali menjadi tuan rumah bagi Dalai Lama. Setiap kali, Obama berusaha untuk membatasinya sebagai pertemuan tertutup. Pertemuan dilakukan di Map Room, bukan di Kantor Oval, dan pers tidak diundang. Itu sebabnya gambar kedua peraih Nobel Perdamaian tidak akan ada di publik.
Dalai Lama, Biksu Buddha dari Tibet berusia 80 tahun diperkirakan tidak masuk Gedung Putih melalui pintu biasa, West Wing, yang merupakan rute untuk sebagian besar tamu.
BACA JUGA: |
Sikap Tiongkok
Sebelum pertemuan itu, Beijing menunjukkan sikap perasaan tidak senang, dan memperingatkan hal itu akan "merusak rasa saling percaya dan kerja sama" kedua negara.
"Kementerian luar negeri Tiongkok telah mengeluarkan pernyataan pada pihak AS, mengungkapkan sikap oposisi kami atas pertemuan itu," kata juru bicara kementerian luar negeri Tiongkok, Lu Kang, seperti di9kutip AFP.
Menurut Lu, pertemuan itu akan "mengirim sinyal yang salah tentang kekuatan separatis yang berjuang untuk kemerdekaan Tibet."
Dalai Lama sering digambarkan sebagai figur yang dihormati oleh orang Tibet, tapi digambarkan oleh Beijing sebagai separatis yang berbahaya, namun Obama menyebutnya sebagai "seorang teman baik."
Obama tampil bersama Dalai Lama di depan publik dan mendapatkan perhatian luas tahun lalu ketika makan pagi dan berdoa di Washington. Obama menyebutnya sebagai "contoh kuat tentang apa arti mempraktikkan kasih sayang."
Tapi pada tahun 2010 Obama dikritik karena menyuruh pria berusia 80 tahun yang mengenakan jubah merah khasnya dan bersandal jepit, meninggalkan Gedung Putih melalui pintu belakang dan berjalan melewati tumpukan salju dan kantong sampah.
Otonomi Ketimbang Kemerdekaan
Beijing menuduh Dalai Lama menggunakan taktik "terorisme spiritual" untuk memperjuangkan kemerdekaan bagi Tibet. Beijing juga menyebut dia sebagai "serigala berbulu biksu" dan gigih melakukan lobi, sering berhasil, tetapi ada juga pemimpin yang menolak untuk bertemu dengannya.
Dalai Lama tinggal di pengasingan di India sejak pemberontakan yang gagal pada tahun 1959, dan dalam satu dekade terakhir ini lebih menyerukan otonomi bagi Tibet ketimbang kemerdekaan.
Anggota senior Kongres AS lebih dulu bertemu Dalai Lama dan Lobsang Sangay, pemimpin politik pemerintahan Tibet di pengasingan.
Tibet "merasa senang mengenai pertemuan dengan Yang Mulia Presiden," kata Sonam Dagpo dari pemerintah Tibet di pengasingan, dan mereka berharap AS mendukung "perjuangan Tibet."
Masalah Reinkarnasi
Tiongkok memerintah Tibet sejak 1950-an, tapi banyak warga Tibet mengatakan Beijing menekan agama Buddha dan budaya Tibet, meski Beijing membantah.
Lebih dari 130 orang dari etnis Tibet membakar diri sejak 2009 sebagai protes atas Beijing, menurut kelompok kampanye dan media luar negeri. Sebagian besar dari mereka meninggal. Dan Dalai Lama menggambarkan protes itu sebagai tindakan putus asa, dan dia tidak berdaya untuk menghentikan.
Banyak pengamat tentang Tiongkok melihat bahwa gerakan Tibet akan kehilangan banyak potensi dan daya tarik global ketika pemimpin karismatik Dalai Lama meninggal.
Dalai Lama juga semakin sering berbicara tentang suksesi dan tidak mengesampingkan aturan dengan reinkarnasi sebelum kematiannya, karena khawatir Tiongkok sendiri akan memilih anak yang akan digunakan untuk memajukan agendanya.
Pendiriannya itu menyebabkan para penguasa komunis Tiongkok, yang secara resmi adalah ateis, bersikeras bahwa Dalai Lama hanya bisa reinkarnasi setelah kematiannya.
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...