OECD Ingin Ukur Kompetensi Mahasiswa Berorganisasi di Singapura
SINGAPURA, SATUHARAPAN.COM - Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) merencanakan mengukur kompetensi para mahasiswa di seluruh dunia termasuk Singapura, dalam hal berorganisasi.
Wakil Sekretaris Jenderal OECD Stefan Kapferer, seperti dikutip Straits Times hari Rabu (14/10), di Singapura mengatakan bahwa ia ingin melakukan hal yang sama dalam pendidikan tinggi, yakni dengan membandingkan antara kualitas pendidikan dan kualitas seorang mahasiswa saat belajar dan setelah lulus.
Kapferer menyebut pelatihan kompetensi yang dicanangkan OECD tersebut mirip dengan Program International Student Assessment (PISA).
PISA adalah sebuah studi mengukur kemampuan global yang diperuntukkan untuk para siswa berusia 15 tahun dalam mata pelajaran matematika, ilmu pengetahuan dan membaca, yang secara konsisten diterapkan Kementerian Pendidikan Singapura.
Kapferer mengatakan bahwa peserta didik di sejumlah perguruan tinggi di Singapura akan diuji dalam beberapa hal, akan tetapi OECD akan melihat terlebih dahulu ruang lingkup dan metodologi pendidikan yang saat ini di Singapura.
“Saat ini, pemeringkatan universitas di dunia sangat bergantung pada penelitian, tapi itu hanya salah satu aspek, dan mungkin bukan aspek yang terpenting bagi siswa muda. Karena yang penting bukan siswa atau mahasiswa melakukan penelitian tetapi berlatih berorganisasi,” kata Kapferer.
Dia menambahkan bahwa tes ini adalah kesempatan bagi mahasiswa untuk membandingkan kesempatan di dunia kerja, dan dapat bekerja secara lebih transparan.
“Ini bukan hanya keputusan pemerintah nasional, karena apabila hendak mengadakan tes seperti ini maka harus memicu banyak universitas lain untuk melakukan hal yang sama,” kata Kapferer.
OECD pernah menyeleksi Kompetensi
OECD melakukan studi kelayakan pada 2012 untuk menilai keterampilan dan kompetensi di bidang ekonomi siswa di 17 negara. Siswa yang diteliti tersebut sudah memasuki tahap akhir studi mereka. Mereka diuji pada keterampilan seperti penalaran dan pemecahan masalah, serta keterampilan yang berkaitan dengan disiplin ilmu mereka.
Kapferer mengatakan banyak akademisi dan dosen di perguruan tinggi yang meragukan tes di bidang kompetensi tersebut apakah akurat diterapkan di dunia kerja.
Tapi Kapferer menyebut bahwa hasil tersebut akan relevan sesuai dengan dunia kerja. Kapferer mengatakan lima atau enam negara telah menyatakan minatnya untuk mengambil bagian dalam studi kompetensi tersebut.
Dia menyebut bahwa negara-negara dengan peringkat universitas yang rendah di dunia tertarik dengan kegiatan seperti ini karena ini merupakan cara baru dan bagian untuk meningkatkan kualitas lulusan di dunia kerja. (straitstimes.com)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...