PBB Diminta Lindungi Rakyat Palestina
PALESTINA, SATUHARAPAN.COM – Presiden Palestina Mahmoud, Abbas mengatakan bahwa dia mendukung cara "damai perlawanan rakyat" Palestina terhadap pendudukan Israel, di tengah gelombang kekerasan selama dua pekan yang telah menewaskan lebih dari 30 orang di kedua pihak.
Dalam pidato yang disiarkan di televisi resmi Palestina, hari Rabu (14/10), dan itu pidato pertama sejak pecahnya kekerasan, Abbas berbicara tentang rakyat Palestina memiliki "hak untuk mempertahankan diri" dan "mengupayakan perjuangan nasional". Demikian dikutip AFP.
Pasukan PBB
Sementara itu, utusan Palestina di PBB meminta PBB mempertimbangkan menggelar kekuatan perlindungan di Yerusalem timur yang diduduki membantu memadamkan kekerasan.
Usulan tersebut akan dimasukkan dalam rancangan resolusi yang bertujuan meredakan bentrokan antara Israel dan Palestina yang menimbulkan kekhawatiran pemberontakan Palestina, dan intifadhah ketiga.
Utusan Palestina itu, Riyad Mansour, mengatakan kepada wartawan bahwa situasinya "sangat eksplosif" dan bahwa Dewan Keamanan harus menemukan cara untuk "memberi perlindungan" bagi Palestina.
"Memberikan perlindungan bagi orang-orang kami di wilayah yang diduduki, mulai di Kota Tua Yerusalem dan Al Aqsa," kata Mansour.
Bentrokan terjadi kembali di kompleks masjid Al Aqsa di Yerusalem Timur pada bulan September antara pasukan Israel dan pemuda Palestina.
Sementara, duta besar negara-negara Arab akan bertemu di PBB pada hari Kamis (15/10) ini untuk membahas permintaan pertemuan darurat Dewan Keamanan untuk membahas kekerasan yang memburuk di sana.
Mansour mengatakan negara-negara Arab mungkin mengajukan rancangan resolusi yang menuntut penarikan pasukan keamanan Israel dari daerah bentrokan dan seruan untuk penempatan kekuatan perlindungan di Al Aqsa.
"Kami percaya bahwa beberapa bentuk pengamat atau pasukan internasional (harus) ditempatkan di sana untuk menjamin bahwa status quo dilanjutkan dan untuk melindungi jamaah Palestina," kata Mansour.
Pos Pemeriksaan
Pihak Amerika Serikat telah menyatakan mengecam serangan terhadap warga sipil Israel dan menyerukan untuk kembali tenang. Gedung Putih mengatakan "keprihatinan mendalam" tentang kekerasan di Israel dan mengutuk hilangnya setiap nyawa tak bersalah, baik dari pihak Israel atau Palestina.
Juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest, seperti dikutip Reuters, mengatakan Amerika Serikat berada dalam kontak teratur dengan para pejabat Israel dan Palestina tentang kekerasan yang meningkat.
Sementara utusan Palestina mengatakan bahwa kantor PBB urusan hukum telah menghasilkan sebuah laporan setebal 44 halaman mengenai pilihan untuk perlindungan warga Palestina secara rinci. Namun Dewan Keamanan belum berkonsultasi.
Israel pada hari Rabu (14/10) mendirikan pos pemeriksaan di lingkungan warga Palestina dari Yerusalem timur yang diduduki dan memobilisasi ratusan tentara untuk menghentikan serangan.
Mansour menyebut pos pemeriksaan itu sebagai "hukuman kolektif" dan mengatakan 30 warga Palestina telah tewas dalam kekerasan terakhir, termasuk tujuh anak.
Kasus Ali Saad Dawabsha
Sementara itu, PBB mendesak Israel untuk melaksanakan "review serius" terkait pasukan keamanan yang telah beralih menjadi kekuatan yang berlebihan dalam menghadapi bentrokan dengan warga Palestina.
Krisis itu dimulai pada akhir Juli ketika balita berusia 18 bulan, Ali Saad Dawabsha, dibakar sampai mati. Dia bersama tiga warga Palestina lainnya yang terluka parah setelah rumah mereka di Tepi Barat yang diduduki Israel dibakar oleh pemukim Israel.
Para pemukim memecahkan jendela dua rumah di desa Duma, dekat Nablus dan melemparkan bom molotov ke dalam bangunan. Dawabsha meninggal setelah mengalami luka bakar serius.
Orang tua balita itu, Riham dan Saad, dan anak mereka yang lain, Ahmad, kehilangan nyawa setelah menderita luka serius akibat serangan itu.
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...