Pakar: Serbuan Migran ke Eropa Tingkatkan Diversitas Eropa
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Gelombang pengungsi terbaru sebagian besar dari Suriah yang memasuki daratan Eropa sudah mendekati 100.000 imigran. Sementara PBB (UNHCR) hari Jumat (4/8) meminta negara-negara Uni Eropa harus bisa menampung hingga 200.000 pengungsi yang terus meningkat, demi solidaritas kemanusiaan.
Pakar Hubungan Internasional dari Universitas Indonesia, Suzie Sudarman menilai serbuan migran ke negara Uni Eropa akan meningkatkan diversitas Eropa dan meningkatkan pemahaman antarbangsa.
"Prospek ke depannya kalau memang lancar diserap oleh Uni Eropa tentunya meningkatkan diversitas Eropa dan meningkatkan pemahaman antarbangsa," kata Suzie Sudarman kepada satuharapan.com, hari Minggu (6/9).
Meningkatnya diversitas Eropa yang dimaksud Suzie adalah "bangsa Eropa kan butuh pemahaman atas ras dan budaya bangsa lain. Selama ini selalu nyaman dengan diri mereka yang merasa unggul dari bangsa lain dan fokus pada kesejahteraan sosial."
"Telah lama mereka berada dalam stabilitas yang pada suatu saat berubah dengan bersatunya uni Eropa dan harus mengakomodasi bangsa Eropa Timur. Dalam konflik Balkan, Eropa kurang berperan. Hanya setelah perang saudara dihentikan melalui intervensi Amerika Serikat maka mereka melakukan partisipasi di Bosnia dan Kosovo," kata dia menambahkan.
Dengan semakin banyaknya pengungsi, kata Suzie, maka macam-macam ras dan budaya akan memperkaya bangsa Eropa dan membuat mereka mau mengambil tindakan kepemimpinan dalam mengatasi persoalan dunia jika mau tetap menjalankan kesejahteraan hidup mereka.
Suzie Sudarman menggunakan pendapat Peter Katzenstein dari Universitas Cornell yang menganggap bangsa Eropa memiliki rasa "nationalism of entitlements" yang artinya tidak ingin terlibat karena takut kesejahteraan mereka terganggu.
Menurut Katzenstein, selanjutnya dunia membutuhkan pandangan yang berkenaan dengan "polymorphic globalism" atau sebuah pandangan global yang mengakui peran tradisi beraneka atau "multiple traditions" untuk mendorong rasa toleransi.
Namun, kata Suzie, apabila AS tetap enggan terlibat dalam penyelesaian perang sipil di Suriah maka jumlah pengungsi akan bertambah dan akan mempersulit penyerapan pengungsi. "Bisa meningkat pula penolakan warga Eropa akan datangnya pengungsi," katanya.
Untuk Indonesia, lanjut Suzie, sebaiknya Indonesia sedapat mungkin mendorong terwujudnya penyelesaian konflik sebagai sesama umat Muslim. Namun selama AS tidak mau terlibat sulit dibayangkan akan tercipta perdamaian.
"Mungkin Indonesia bisa meminta keterlibatan AS di Perserikatan Bangsa-bangsa," kata Akademisi Kajian Amerika, Universitas Indonesia itu.
Suzie mengatakan, kelebihan dari serbuan migran ke Eropa adalah rute ke negara-negara yang kurang makmur seperti Indonesia akan berkurang. "Eropa lebih mampu menampung mereka terutama yang beragama Kristen akan lebih merasa aman," katanya.
Sedangkan untuk kekurangannya, kata Suzie, adalah kalau terlalu banyak jumlahnya tentu akan terjadi perlawanan dari penduduk setempat. Perlawanan bisa dalam bentuk kekerasan karena ketakutan akan kehilangan kesejahteraan sosial.
"Andaikata perlawanan terlalu keras maka bisa timbul sel-sel dari para pengungsi yang akan membalas dendam. Andaikata jejaring dihidupkan antara sel melawan dengan kelompok ekstrimis di Timur Tengah suasana Eropa akan menjadi keruh atau terasa ancaman terhadap kehidupan bangsa Eropa tersebut," kata perempuan bernama lengkap Suzie Sri Suparin S. Sudarman itu.
Diversitas artinya ada pertemuan antar bangsa dalam sebuah negara dan pemahaman bahwa kontribusi aneka tradisi itu memperkaya pandangan bangsa tersebut dan melahirkan sebuah peradaban yang lebih unggul asal penangannya tepat.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...