Pakar Timteng: Israel akan Tetap Teman Terbaik AS
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kemenangan Partai Likud dalam Pemilu Israel 17 Maret lalu yang akan menempatkan Benjamin Netanyahu sebagai perdana menteri untuk keempat kalinya diperkirakan tidak akan membuat hubungan Israel dan Amerika Serikat merenggang, sebagaimana hubungan personal kedua pemimpin negara yang kurang harmonis dalam enam tahun terakhir.
Kendati sejumlah kebijakan pemerintahan Benjamin Netanyahu sering diributkan oleh Presiden AS, Barack Obama, termasuk dalam urusan pemukiman Yahudi dimana kedua negara berbeda pandangan, masih banyak titik-titik lain tempat kepentingan mereka bertemu.
“Meskipun mereka berbeda jalan, ada banyak titik dimana Israel dan Amerika Serikat akan ketemu," kata pengajar mata kuliah Dinamika Kawasan Timur Tengah pada Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Broto Wardoyo, dalam wawancara dengan satuharapan.com, hari ini (19/3.
"Dalam urusan Suriah, misalnya, mereka akan ketemu. Sama-sama anti terhadap rezim Bashar dan sama-sama anti terhadap ISIS. Israel tetap teman terbaik Amerika Serikat di Timur Tengah. Dan lobi Israel di Kongres juga tetap kuat. Pidato Bibi di Kongres menunjukkan hal itu,” lanjut Broto. Bibi adalah nama julukan masa kecil Benjamin Netanyahu.
Kendati kemenangan Partai Likud oleh sementara kalangan dianggap mengejutkan karena dalam jajak pendapat selama ini partai itu tertinggal dibanding rival utamanya, Partai Buruh, Broto Wardoyo beranggapan sebaliknya. Menurut dia, kemenangan Netanyahu sama sekali tidak mengejutkan.
“Pemilu dilaksanakan pada waktu yang lebih menguntungkan Bibi. Kebijakan Bibi meskipun ditentang oleh masyarakat internasional, termasuk Amerika Serikat, membawa dampak kestabilan keamanan. Dalam empat bulan terakhir terjadi penurunan jumlah serangan teror, salah satunya merupakan hasil dari kebijakan keras Bibi,” ungkap Broto.
Kebijakan pemukiman yang agresif yang dijalankan Netanyahu, kata Broto, juga tidak berpengaruh banyak pada serangan teror.Keberhasilan ini telah memberi kontribusi positif bagi Partai Likud.
Lagipula, menurut Broto, tidak ada opsi lain bagi publik Israel dalam hubungan dengan Palestina. Palestina sudah tegas memilih menyelesaikan masalah melalui kekerasan (diambil oleh kelompok garis keras) atau lewat PBB (Otoritas Palestina). Artinya Palestina tidak lagi memilih jalur negosiasi.
"Jika tawaran dari Herzog dan Livni adalah negosiasi, dengan siapa negosiasinya akan dilakukan. Dari dua hal tersebut tidak mengherankan jika kemudian publik lebih memilih Bibi,” lanjut Broto.
Hal yang sama juga berlaku dalam urusan pemukiman Yahudi. Menurut Broto, tahun 2014 ada 26.500 imigran yang masuk ke Israel, tertinggi dalam 10 tahun terakhir. “Mereka perlu tempat tinggal. Sebagian disiapkan untuk tinggal di Yerusalem yang masuk wilayah sengketa. Meski diributkan oleh Amerika Serikat, Bibi menyediakan apa yang dibutuhkan oleh para pemukim,” kata dia.
Menurut Broto, kunci kemenangan Netanyahu adalah kebijakannya yang tegas dalam mengatasi teror dan pembangunan pemukiman Yahudi. Keberpihakannya sangat jelas. Selain itu kebijakan tersebut dianggap lebih masuk akal dalam menjamin keamanan Israel. “Pertimbangan politik Bibi lebih banyak ke dalam, yang tentu berbeda dengan Obama,” kata dia lagi.
Hanya saja, kebijakan yang telah membawanya memenangkan Pemilu itu, adalah juga penghambat utama perdamaian. Kebijakan tersebut tidak kompatibel dengan proses perdamaian sehingga, menurut Broto, prospek penyelesaian konflik Israel dan Palestina, nantinya akan lebih ditentukan oleh koalisi pemerintahan yang akan dibangun.
“Jika Partai Buruh masuk ke koalisi akan tercipta keseimbangan antara pro dan anti-perdamaian. Jika Buruh tidak masuk dan digantikan dengan partai-partai relijius, kebijakan yang lama akan terus dijalankan,” kata dia.
Awas Uang Palsu, Begini Cek Keasliannya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Peredaran uang palsu masih marak menjadi masalah yang cukup meresahkan da...