Serangan di Museum Bardo Bertujuan Jatuhkan Ekonomi Tunisia
TUNIS, SATUHARAPAN.COM – Serangan di Museum Bardo di Tunisia pada Rabu (18/3) yang telah menyebabkan 19 orang meninggal, termasuk 17 wisatawan, diarahkan untuk merusak citra industri pariwisata negara itu yang sekaligus menggoyahkan perekonomian negara yang baru memulai lagi pembangunan setelah gerakan Arab Springs.
Motif ini dikemukakan oleh Perdana Menteri Tunisia, Habib Essid, dalam keterangannya ketika mengonfirmasi ditangkapnya dua orang yang diduga pelaku serangan.
"Penyerangan pengecut ini menargetkan perekonomian Tunisia. Kami harus bersatu untuk mempertahankan negara kami," kata Essid, sebagaimana dikutip oleh CNN, hari ini (19/3)..
Serangan tersebut terjadi di jantung kota Tunis, di sebuah gedung yang terhubung ke pusat kota. Kawasan itu selalu ramai dengan turis mancanegara.
Pasca gerakan Arab Springs, Tunisia memulai lagi upaya pembangunan dan pariwisata merupakan industri kunci dalam pembangunan mereka.
Dengan adanya serangan ini, sektor pariwisata Tunisia terancam lesu dan pada akhirnya akan berdampak pada proses perkembangan politik.
"Penyerangan di museum ini adalah krisis terbesar yang dihadapi Tunisia semenjak revolusi. Ini akan membawa dampak bagi industri pariwisata Tunisia, memperburuk ekonomi, dan meningkatkan rasa frustrasi yang ditumbuhkan oleh ekstremis," ujar salah satu pengamat sejarah asal Inggris, Cruickshank, dikutip CNN.
Polisi mengatakan satu dari dua orang yang dibekuk saat melakukan serangan di Museum Bardo tak asing bagi aparat keamanan. Habib Essid mengonfirmasi bahwa kedua orang yang ditangkap adalah Yassine Labidi dan Saber Khachanou
"Labidi dikenal oleh aparat keamanan. Ia telah ditandai dan dimonitor," ujar Essid kepada stasiun radio Perancis, RTL.
Sesaat setelah serangan terjadi, Essid mengatakan bahwa masih ada tiga buron yang terkait dengan serangan ini. Hingga berita ini diturunkan, belum jelas apa peran ketiga buron tersebut.
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...