Pakar: Tingginya Subsidi BBM Sebabkan EBT Terhambat
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Tingginya subsidi pemerintah terhadap bahan bakar minyak, menyebabkan pengembangan energi baru terbarukan di Indonesia terhambat dan kurang diminati, kata pakar energi Universitas Gadjah Mada Deendarlianto.
"Pokoknya selama harga bahan bakar minyak (BBM) masih rendah dari harga keekonomian (harga hitungan sebenarnya) maka energi baru terbarukan (EBT) masih susah dikembangkan," kata Deendarlianto di Yogyakarta, Kamis (11/9).
Menurut dia, masih rendahnya harga BBM bersubsidi dari harga keekonomiannya, mendorong masyarakat untuk enggan beralih kepada energi alternatif, yang dinilai membutuhkan proses yang lebih mahal dan tidak mudah.
"Kalau kita bisa mengurangi subsidi dengan harga penjualan yang optimal maka bisa merealisasikan energi baru terbarukan.
Sekarang buat apa harga BBM saja masih rendah, orang pasti tidak akan mau beli energi terbarukan yang lebih mahal," kata dia.
Ia mengatakan, harga minyak dunia saat ini telah mencapai 100 dollar per barel, itu artinya harga keekonomian BBM per satu liter seharusnya dibayar Rp 8.400.
"Itu masih minyak bumi mentah, kalau sudah diolah, tentunya memerlukan tambahan paling tidak Rp2.000 per liter," kata dia.
Sementara itu, ia mengatakan, pemerintah masih berupaya menjaga harga BBM jauh dari harga keekonomian, dengan mencanangkan subsidi BBM pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2015 mencapai Rp 291,77 triliun.
Sementara, pengembangan potensi energi baru terbarukan baru mencapai 6 persen, padahal terget pemerintah mencapai 23 persen pada 2025.
Menurut dia pengembangan energi baru terbarukan perlu segera diupayakan pemerintah, dengan langkah awal mengurangi subsidi BBM.
Hal itu, menurut dia, mengingat persediaan minyak bumi di Indonesia yang semakin berkurang. Saat ini, Indonesia menghasilkan rata-rata 788 kilo liter per hari, dari sumur sumber minyak di Indonesia yang sebelumnya pernah menghasilkan 1 juta kilo liter per hari.
"Persediaan tersebut jauh dari kebutuhan minyak nasional yang saat ini mencapai 1,4 juta kilo liter per hari," kata Deendarlianto. (Ant)
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...