Pameran Foto "Laut Kita Ibu Kita"
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menampilkan enam puluh karya foto bawah laut dan kehidupan pantai berterumbu karang, Harian Kompas dan Bentara Budaya menyelenggarakan pameran foto Jelajah Terumbu Karang bertema "Laut Kita, Ibu Kita" di Bentara Budaya Yogyakarta, 26 Maret - 1 April 2018. Sebelumnya foto yang sama dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta 21 – 25 Januari 2018.
Jelajah Terumbu Karang sendiri berlangsung di delapan titik yaitu Teluk Jailolo (Halmahera, Maluku), Teluk Cenderawasih (Papua Barat), Komodo (NTT), Selat Lembeh (Bitung, Sulawesi Utara), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Raja Ampat (Papua), Selayar (Sulawesi Selatan), dan Bali. Jurnalis foto terlibat diantaranya Ferganata Indra Riatmoko, Harry Susilo, Heru Sri Kumoro, Ichwan Susanto, Ingki Rinaldi, dan Mohammad Hilmi Faiq.
Pembukaan pameran Jelajah Terumbu Karang "Laut Kita Ibu Kita" dibuka oleh Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Purwadi, Senin (26/3) malam. Sebelum dibuka dalam sambutannya budayawan Sindhunata menjelaskan bagaimana pentingnya menjaga dan merawat terumbu karang dan hidupan bawah laut.
"Betapa kekayaan (laut) ini seharusnya bukan hanya membuat kita bangga, tetapi sayang jika kekayaan ini membuat kita tidak mencintainya. Kita digolongkan sebagai negara ketiga di dunia yang mempunyai kekayaan laut, lebih-lebih terumbu karang yang demikian bervariasi. Laut sungguh-sungguh ibu yang memberikan keindahan yang luar biasa. Foto-foto karya terumbu karang (di tengah-tengah suasana politik bangsa saat ini) membuat kita sejenak teduh untuk merasakan bahwa sayanglah jika negara yang demikian kita cintai ini dirobek-robek oleh perpecahan. Karena hanya dengan persatuan kita bisa memelihara dan menjelajah apa yang harus kita rawat bersama. Untuk itu kita tidak bisa berjuang sendiri-sendiri. Laut sejak jaman dahulu telah mempersatukan apalagi jika kekayaan yang demikian kaya ini tidak kita jaga dan rawat bersama." jelas Sindhunata.
Senada dengan Sindhunata, dihubungi satuharapan.com secara terpisah Selasa (27/3) Kepala Taman Nasional Bunaken Farianna Prabandari menjelaskan bahwa pengelolaan kawasan terumbu karang meliputi dua hal yakni yang berada di kawasan konservasi serta di luar kawasan konservasi, perlu mendapat perhatian banyak pihak mengingat perannya yang penting bagi kehidupan.
Untuk terumbu karang yang berada di dalam kawasan konservasi, Farianna menjelaskan bahwa pengelolaannya mengikuti kaidah 3P yakni perlindungan sebagai sistem penyangga kehidupan (buffer zone), pengawetan yang meliputi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya, serta pemanfaatan secara lestari untuk pendidikan, penelitian, dan menunjang budidaya-pariwisata alam. Sementara di luar kawasan konservasi tetap menjadi ekosistem esensial/penting mengingat peran terumbu karang sebagai rumah ikan.
"Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan terumbu karang dari dulu masih seputar itu-itu saja. Masalah klasik diantaranya pengeboman, sampah-sampah yang dibuang sembarang kerap menyangkut di terumbu karang yang bisa merusak bahkan mematikan, pertumbuhan yang lambat 1 cm/tahun sehingga diperlukan teknologi percepatan pertumbuhan karang." jelas Farianna.
Diluar pertumbuhan terumbu karang yang lambat, kebiasaan masyarakt kita memperlakukan laut dan kekayaannya perlu mendapat pencermatan bersama. Menumbuhkan kesadaran bersama adalah tugas bersama untuk merawat terumbu karang dan hidupan laut yang ada di sekitarnya.
Selain pameran diadakan juga diskusi tentang Menyelami Keindahan Bawah Laut Nusantara bersama Budi Agung Darmawan (InstrukturSelam) dan Ferganata Indra Riatmoko (Fotografer Kompas) Selasa (27/3) malam. Pameran foto Jelajah Terumbu Karang "Laut Kita, Ibu Kita" akan berlangsung sampai tanggal 1 April 2018 di Bentara Budaya Yogyakarta, Jalan Suroto No. 2 Yogyakarta.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...