Panel Ekumenis untuk Arsitektur Keuangan dan Ekonomi Baru
BOSEEY, SATUHARAPAN.COM – Sebuah panel baru ekumenis yang didirikan ahli ekonomi berupaya mengembangkan strategi advokasi bagi gereja-gereja yang berkarya mewujudkan etika, sistem yang adil dan berkelanjutan dalam bidang ekonomi dan keuangan.
Panel mengadakan pertemuan pertama pada 23-25 ââAgustus di Bossey, Swiss. Panel Ekumenis untuk Arsitektur Keuangan dan Ekonomi Baru telah dibuat oleh Dewan Gereja Dunia (WCC), Persekutuan Gereja-gereja Reformed Dunia (WCRC), Lutheran World Federation (LWF), dan Dewan Dunia Misi (CWM).
Dalam pertemuan tiga hari ini, panel memicu dialog tentang pelaksanaan Seruan São Paulo, suatu dokumen bersama-sama yang dibuat tahun lalu di Brazil oleh WCC, WCRC, dan CWM.
Dokumen, berjudul “Seruan São Paulo: Transformasi Keuangan Internasional untuk Ekonomi Kehidupan”, mendorong tindakan nyata untuk memastikan inklusivitas sosial, keadilan gender, dan kepedulian terhadap lingkungan dengan mengatur "batas keserakahan" dan mempromosikan "ekonomi kehidupan".
“Sistem keuangan harus bekerja untuk rakyat dan bukan sebaliknya,” kata Barry Herman, peserta pertemuan dan peneliti senior di Program Pascasarjana Hubungan Internasional dari The New School di New York City.
Herman menunjukkan pentingnya pajak transaksi keuangan, menyebutnya sebagai isu ditangani dalam rangka untuk menerjemahkan semangat Seruan São Paulo ke dalam tindakan.
Walaupun beberapa negara telah memperkenalkan pajak atas transaksi keuangan dan sumber-sumber keuangan, Herman menyatakan bahwa "kampanye diperlukan untuk meningkatkan pembayaran pajak oleh wajib pajak, kebanyakan perusahaan raksasa dan warga-warga makmur."
"Penghindaran pajak bukan kejahatan terhadap birokrasi. Namun, kejahatan terhadap warga yang membayar pajak lebih karena orang lain mengemplang. Penghindaran pajak juga kejahatan terhadap kualitas layanan publik yang lebih buruk.”
“Sistem keuangan harus berhenti bersekongkol dengan kejahatan ini,” tambahnya.
Gerhard Wegner dari Gereja Injili di Jerman (EKD) menyumbangkan perspektif Kristen tentang bagaimana Seruan São Paulo dapat membantu menciptakan "ekonomi kerakyatan bukan ekonomi tak bermoral".
Bencana ekologis salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh masyarakat, kata Wegner. Ia melanjutkan bahwa "investasi transformatif" yang dibutuhkan dalam skala global untuk mencari keadilan lingkungan.
"Dalam rangka memobilisasi modal yang dibutuhkan untuk investasi transformatif, pasar, dan terutama pasar keuangan, harus dibingkai moral. Atau, sebagaimana dikatakan dalam Seruan São Paulo, kita harus mengembangkan konsep ekonomi kerakyatan,” katanya.
Nora Castenada, presiden pertama Bank Pembangunan Perempuan di Venezuela, ditunjuk oleh mendiang presiden Hugo Chavez, menyoroti pentingnya aspek gender dalam upaya ekonomi yang adil.
"Perempuan sering hidup di garis kemiskinan. Untuk mengatasi ketidakadilan ekonomi, penting untuk menggabungkan perspektif gender, prinsip ini juga diuraikan dalam Seruan São Paulo,” kata Castenada.
"Kami telah berusaha menerapkan prinsip ini dalam proyek-proyek kami di Banmujer, tempat kami melayani tuntutan perempuan untuk kredit mikro. Dengan dukungan seperti perempuan dapat menjadi bagian dari sebuah proses yang bertujuan mengakhiri kemiskinan yang mengarah ke sistem ekonomi etis,” katanya.
Castenada mengatakan bahwa proyek yang menyangkut kebutuhan perempuan memiliki dampak yang langgeng pada masyarakat Venezuela. Sebab, sebagian besar keluarga miskin dikepalai oleh perempuan. Dia menyatakan keinginannya untuk bekerja dengan gereja-gereja untuk melaksanakan Seruan São Paulo, mengatakan bahwa kolaborasi tersebut menegaskan “visi gereja ' berpihak kepada orang miskin ".
Dalam pertemuan tersebut, Dr Rogate Mshana, eksekutif Program WCC untuk Kemiskinan, Kesejahteraan, dan Ekologi, menjelaskan mandat panel ekumenis.
Ia mengatakan, ”Panel akan menyarankan WCC, WCRC, CWM, dan LWF tentang cara implementasi proposal Seruan São Paulo yang bisa meneruskan karya berharga dari Komisi Ahli tentang Reformasi Sistem Moneter dan Keuangan Internasional, diketuai Prof Joseph Stiglitz."
Proposal ini, kata dia, akan bertujuan mempromosikan keadilan dalam ekonomi dan ekologi, masalah yang signifikan bagi gereja-gereja di seluruh dunia.
Pdt Dr Olav Fykse Tveit, Sekum WCC, Rev Dr Setri Nyomi, Sekum WCRC, Ralston Deffenbaugh dari LWF dan Pdt Dr Collin I. Cowan, Sekum CWM, mendukung pertemuan. Mereka menghargai komitmen panelis untuk memberikan saran kepada organisasi ekumenis pada respons mereka terhadap isu penting keadilan ekonomi. (oikumene.org)
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...