Papua Nugini: MSG Bukan Forum untuk Bicara Papua Merdeka
WELLINGTON, SATUHARAPAN.COM - Papua Nugini kembali menunjukkan dukungannya yang meyakinkan dan konsisten akan kedaulatan Indonesia atas Papua.
Lebih tegas lagi, PNG juga mengatakan tidak menginginkan forum kelompok negara-negara Melanesia, Melanesian Spearhead Group (MSG), dijadikan ajang untuk mengangkat isu kemerdekaan Papua.
Hal ini dikatakan oleh Menteri Luar Negeri Papua Nugini, Rimbink Pato, dalam wawancara dengan Johnny Blades dari RNZ Pacific, Rabu (28/03) di Wellington, Selandia Baru.
Berikut ini petikan sebagian wawancara mereka terkait dengan isu Papua, dikutip dari radionz.co.nz.
Johnny Blades (JB): Papua Nugini adalah ketua Melanesia Spearhead Group (MSG) saat ini. Apakah Anda prihatin tentang perselisihan antara Fiji dan Solomon Islands atas masalah Papua/Indonesia?
Rimbink Pato (RP): Saya tidak yakin ada masalah besar. Kerangka MSG, dokumen yang membentuk MSG sangat jelas mengenai apa yang bisa dan yang tidak bisa dilakukan. Dan salah satu larangan dalam konstitusi MSG adalah tidak mengganggu kedaulatan negara berdaulat. Dan kebijakan PNG - dan saya tidak dapat berbicara untuk Fiji atau Solomon Islands - posisi kami selalu bahwa provinsi Papua dan Papua Barat merupakan bagian integral dari Republik Indonesia, dan MSG bukanlah forum dimana masalah ini bisa diangkat. Ada mekanisme lain, seperti kerangka PBB, di mana jika ada masalah yang terkait dengan hal itu dapat diangkat di sana. Jelas bahwa ini berkaitan dengan hak asasi manusia, itu adalah masalah yang dapat kami tangani bersama, dan kami akan bekerja dengan Indonesia untuk mengatasinya.
JB: Banyak dari anggota komunitas akar rumput di Melanesia sangat khawatir tentang apa yang terjadi di pihak Indonesia. Apa yang bisa PNG lakukan tentang itu?
RP: PNG adalah mitra konstruktif Indonesia, dan kami bersedia bekerja sama, dan Indonesia memahami posisi kami. Jika ada masalah dalam kaitannya dengan dugaan pelanggaran hak asasi manusia, kami membutuhkan bukti sehingga ini dapat ditunjukkan, dan ada mekanisme untuk penyelesaian masalah tersebut. Kembali ke masalah MSG, MSG bukanlah forum di mana isu-isu tersebut dapat diatasi. Yurisdiksi kami terbatas dalam apa yang bisa kami diskusikan. Namun jelas hal itu memang menjadi keprihatinan.
JB: Tapi masalah keanggotaan ini - aplikasi United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) untuk menjadi anggota penuh MSG - telah berlarut-larut. Apakah akan segera teratasi?
RP: Ada proses dan penerapannya menjadi pokok diskusi baru-baru ini. Dan kriteria keanggotaan sedang dikerjakan, dan kami para menteri luar negeri (MSG) akan melihatnya, membuat rekomendasi yang tepat untuk para pemimpin negara anggota MSG. Para pemimpin kemudian akan membuat keputusan seperti apa hasilnya. Kami akan mengikuti prosesnya. Dan kompetensi MSG melalui strukturnya sangat jelas. Mereka hanya dapat menangani pertanyaan-pertanyaan yang mereka memiliki wewenang untuk menangani. Dan pada titik ini, tidak ada otoritas yang diizinkan oleh konstitusi MSG yang memungkinkan keanggotaan negara yang tidak berdaulat, atau entitas longgar.
JB: Tapi FLNKS (FLNKS bukan negara berdaulat, Red) sudah menjadi anggota MSG.
RP: Ketika konstitusi dirancang, ia dirancang untuk itu (FLNKS, Red), jadi itu adalah kasus unik tersendiri. Mereka sudah menjadi anggota di organisasi. Tetapi apakah konstitusi akan diubah untuk mengizinkan keanggotaan lain, karena keterbatasan bahasa, itu adalah sesuatu bagi harus dibahas oleh para pemimpin MSG.
JB: Jadi Anda tidak berpikir keretakan antara Fiji dan Solomon sangat buruk, Anda tidak khawatir tentang masa depan MSG?
RP: Yah ini khas masyarakat Melanesia, mereka punya perbedaan. Tapi ada waktu untuk perayaan bersama dan berkumpul dan berjabat tangan dan bergerak maju. Jadi saya pikir keributan itu akan berakhir. Tentu saja kami juga memiliki (masalah semacam ini) dengan Fiji, Australia dan Selandia Baru di Pacific Islands Forum (PIF) beberapa tahun lalu, tetapi PNG mengambil peran untuk menyelesaikan masalah-masalah itu, dan lihatlah di mana kami berada, kami sudah bersama lagi sekarang. Jadi saya bisa melihat masa depan di mana semua masalah ini akan diselesaikan dan kami akan bersama-sama sebagai satu kekuatan bersatu di Melanesia.
Editor : Eben E. Siadari
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...