Para Pihak di Yaman Saling Tuduh Langgar Gencatan Senjata
ADEN, SATUHARAPAN.COM – Pra pihak yang berkonflik di Yaman saling tuduh melanggar kesepakatan gencatan senjata yang disepekati pada pertemuan di Swiss hari Selasa (15/12).
Kelompok pemberontak Syiah Houthi dan pemerintah Presiden Abd Rabbou Mansour Hadi masing-masing menuduh pihak lawan melanggar gencatan senjata, pada hari Rabu (16/12), sehari setelah kesepakatan menghentikan permusuhan yang difasilitasi PBB di Swis. Namun sejumlah media menyebutkan situasi di Yaman secara umum lebih tenang.
Pada pertemuan itu disepakati tujuh hari gencatan senjata yang dimulai pada pertengahan hari Selasa (15/12). Pertemuan dihadiri wakil pemerintahan Hadi yang didukung Arab Saudi dan Syiah Houthi yang didukung Iran. Pembicaraan damai itu untuk mengakhiri perang selama sembilan bulan yang telah menewaskan 6.000 orang dan menarik keterlibatan asing.
Menurut Brigadir Jenderal Sharaf Luqman, juru bicara pasukan Yaman yang setia kepada mantan Presiden Ali Abdullah Saleh, bersekutu Houthi, mengatakan terjadi "eskalasi serius darat, laut dan udara di berbagai daerah, seperi dilaporkan kantor berita nasional SABA yang dikuasai kelompok Houthi.
Luqman mengatakan serangan dari laut terjadi di kota pelabuhan Laut Merah, Hodaida. Sementara pasukan darat terus melakukan serangan di kota Taiz, Yaman barat daya. Sementara serangan udara oleh koalisi yang dipimpin Arab Saudi tidak berhenti.
"Kami tidak akan berpangku tangan, tapi kami akan merespon pelanggaran yang terjadi oleh aliansi dan tentara bayaran mereka," kata Luqman.
Sementara kantor berita sabanews.net yang dikendalikan pemerintah Hadi mengatakan lima pejuang dari pasukan yang dikenal sebagai Perlawanan Rakyat dan tiga warga sipil tewas akibat tembakan oleh Houthi di Taiz dalam enam jam setelah gencatan senjata dimulai.
Badan ini mengutip sumber medis mengatakan ada 17 orang yang terluka.
Juru bicara koalisi pimpinan Arab Saudi, Brigadir Jenderal Ahmed al-Assiri, mengatakan bahwa koalisi itu berkomitmen dengan gencatan senjata, tetapi sudah siap untuk menanggapi setiap pelanggaran oleh Houthi, menurut harian Arab Saudi, Al-Riyadh.
Sementara Putra Mahkota dan Menteri Pertahanan Arab Saudi, Mohammed bin Salman dalam kunjungan resmi ke Mesir, mengatakan bahwa tujuan strategis operasi militer koalisi adalah untuk memulihkan keamanan dan stabilitas di Yaman dengan mengembalikan pemerintah yang sah.
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...