Pembelaan Trump: Soal Keamanan, Bukan Agama
NEVADA, SATUHARAPAN.COM – Bakal calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump, menyampaikan pembelaannya tentang pernyataan provokatif untuk melarang orang Muslim masuk ke Amerika Serikat.
Dia menyampaikan hal itu pada debat calon presiden Partai Republik, hari Selasa (15/12) yang disiarkan televisi CNN di Las Vegas, Nevada. Trump mengatakan bahwa pernyataannya itu untuk memerangi militan Negara Islam Irak dan Levant (ISIL, nama lain untuk Negara Islam Irak dan Suriah / NIIS atau ISIS).
Perdebatan kandidat dari kubu Republik itu didominasi oleh isu keamanan nasional. Hal itu juga akan mencerminkan perdebatan dalam pemilihan presiden pada 2016 nanti. Masalah keamanan itu terkait serangan teroris di Paris dan serangan di San Bernardino, California.
Menurut kantor berita AP, becerap jam sebelum debat itu dimulai, para pejabat di Los Angeles memerintahkan menutup semua sekolah, karena ada ancaman keamanan melalui email. Namun kemudian pesan itu dianggap sebagai hoaks.
Trump menegaskan proposalnya yang dikecam keras oleh kandidat lain, saingannya. Namun dia menyatakan hal itu bukan upaya untuk melakukan diskriminasi.
"Kami tidak berbicara tentang isolasi, kami berbicara tentang keamanan," katanya. "Kami tidak berbicara tentang agama, kami berbicara tentang keamanan," kata Trump.
Dalam debat itu, mantan Gubernur Florida, Jeb Bush, menolak gagasan Trump yang disebutnya sebagai tidak serius. "Donald besar hanya dalam satu pernyataan, tapi dia calon kekacauan dan dia akan menjadi presiden kekacauan."
Sementara Senator dari Texas, Ted Cruz, dan Senator dari Florida, Marco Rubio, mengatakan mereka mengerti mengapa Trump mengangkat isu itu untuk dihindari mengadapi secara langsung kritikan padanya.
Keamanan Nasional
Sebaliknya, dua senator itu justru memperdebatkan secara panjang lebar perbedaan mereka menganai program pengawasan pemerintah. Rubio menuduh gagasan Cruz akan melemahkan kemampuan pemerintah dalam melacak teroris, karena dia memilih mendukung undang-undang yang menghapuskan program pengumpulan data telefon selular secara masal oleh Badan Keamanan Nasional (NSA) dan menggantinya dengan upaya yang lebih ketat melindungi rekaman di tangan perusahaan telepon.
Cruz bersikeras agar hukum baru memberikan kuasa pada pemerintah lebih banyak akses pada telefon seluler dan teknologi lainnya yang mungkin digunakan oleh teroris. Isu ini menjadi perdebatan keras dengan Rubio.
"Tidak ada yang kita izinkan untuk dilakukan di bawah RUU ini tentang hal yang sebelumnya tidak diizinkan dilakukan," kata Rubio.
Sejak serangan teroris pada gedung Menara Kembar New York pada 11 September 2001, NSA diam-diam mengumpulkan catatan harian panggilan telefon, bukan isi percakapan, pada kebanyakan orang Amerika, termasuk orang-orang tidak pernah diduga melakukan kejahatan.
Sebuah undang-undang baru, yang disebut sebagai Freedom Act, disahkan pada bulan Juni, dan mendapat dukungan dua partai secara luas. UU ini memerintahkan NSA untuk mengakhiri pengumpulan secara massal catatan telefon itu, setelah transisi enam bulan yang berakhir pekan lalu.
Tentang pernyataan Trump, Senator Florida, Marco Rubio, mengatakan bahwa proposal Trump itu sebagai "hal yang tidak akan terjadi."
Namun Trump menegaskan bahwa dia berbicara tentang keamanan nasional, dan tidak berusaha untuk melakukan diskriminasi terhadap umat Islam.
Debat pada hari Selasa itu adalah yang pertama untuk Republik yang diwarnai kekhawatiran pada masalah keamanan setelah serangan teroris di Paris dan San Bernardino. Isu keamanan mendominasi perdebatan dan Trump terus mendominasi pembicaraan di kalangan kontestan Republik.
Namun miliarder itu menghadapi tantangan baru dari Senator Texas, Ted Cruz, yang telah meningkat popularitasnya dalam jajak pendapat, terutama di Iowa.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...