Para Pihak di Yaman Sepakati Perdamaian
SWISS, SATUHARAPAN.COM – Utusan Khusus PBB untuk Yaman, Ismail Ould Cheikh Ahmed, mengatakan bahwa para pihak dalam konflik di Yaman sepakat untuk menghentikan permusuhan. Pernyataan itu disampaikan dalam pembukaan pertemuan konsultasi di Swiss.
Pertemuan, hari Selasa (15/12) ITU difasilitasi oleh PBB dan bertujuan untuk menemukan kerangka penyelesaian konflik di Yaman, termasuk gencatan senjata permanen, pemulihan keamanan dan memperbaiki situasi kemanusiaan.
Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, menyambut pembicaraan itu dan menekankan bahwa dialog damai dan inklusif adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri konflik. Yaman memerlukan upaya menghentikan "penderitaan, membangun kembali kepercayaan, saling menghormati, dan menghentikan perang sipil yang menyebabkan ribuan nyawa hilang."
Sekjen menyambut deklarasi penghentian permusuhan dan mendesak semua pihak untuk mematuhi kesepakatan menuju akhir konflik dan dibangunnya perdamaian yang permanen dan abadi, kata juru bicara Ban di New York.
Ban juga menerima surat Pakta Perempuan Yaman untuk Perdamaian dan Keamanan uyang mengungkapkan harapan bahwa pembicaraan akan mengakhiri konflik militer di Yaman. Dia menegaskan perlunya partisipasi perempuan dalam proses perdamaian, sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan 1325 (2000) dan 2241 (2015).
Yaman telah mengalami konflik berdarah selama berbulan-bulan antara pemerintah yang didukung Arab Saudi dan pemberontak kelompok Syiah Houti yang didukung Iran.
Pembicaraan di Swiss ini merupakan langkah kritis pertama menuju perdamaian abadi di Yaman, kata Ould Cheikh Ahmed. "Penghentian permusuhan hari ini harus menandai akhir kekerasan militer di Yaman dan transisi berdasarkan negosiasi dialog dan konsensus," kata dia.
Pembicaraan damai Yaman itu dihadiri 24 perwakilan dan penasihat dari Yaman. Para ahli PBB dan delegasi yang hadir untuk memberikan juga dukungan untuk mengembangkan perjanjian yang meningkatkan akses kemanusiaan dan pengiriman membantu, serta pengembangan gencatan senjata yang komprehensif dan permanen.
"Di sini saya ingin berhenti sejenak dan mengulangi sekali lagi bahwa satu-satunya solusi adalah satu politik dan kekerasan harus berhenti,’’ kata dia. ‘’Hal yang paling penting saat ini adalah fokus pada upaya pekan depan untuk mencapai gencatan senjata permanen dan komprehensif.
Pertemuan itu bertujuan membangun kerangka umum untuk perjanjian komprehensif tentang mengakhiri krisis. Para pihak yang hadir sepakat mencapai tujuan bersama: mengakhiri konflik bersenjata dan kembali menjadi negara damai dan tertib, dan proses politik berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB No. 2216 (2015). (un.org)
Cara Telepon ChatGPT
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perusahaan teknologi OpenAI mengumumkan cara untuk menelepon ChatGPT hing...