Partai Kristen Lebanon Pilih Mundur dari Pemerintahan
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM - Sebuah partai yang didukung warga Kristen Maronit Lebanon menyatakan mundur dari pemerintah Lebanon di tengah protes massa menentang rencana kabinet koalisi untuk kenaikan pajak.
Dalam pidato yang disiarkan televisi pada Sabtu (19/10), Samir Geagea, ketua Partai Pasukan Lebanon, mengatakan empat menterinya mengundurkan diri dari pemerintah. "Pemerintah saat ini tidak dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelamatkan negara," kata Geagea.
Dia mengatakan partainya telah meminta para menterinya untuk mengundurkan diri, dan selanjutnya menyerukan untuk membentuk pemerintahan baru, seperti dikutip Al Arabiya dan Hurriyet.
Ribuan orang turun ke jalan dalam beberapa hari ini untuk memprotes rencana pemerintah mengenakan biaya atas panggilan melalui Whatsapp dan aplikasi serupa. Lebanon mengalami krisis keuangan, dan merupakan salah satu negara dengan beban utang tertinggi di dunia sebesar 86,2 miliar dolar AS pada kuartal pertama tahun ini. Selain itu Ini angka pengangguran juga tinggi.
Menghalangi Reformasi
Perdana Menteri Lebanon, Saad al-Hariri menyalahkan mitra-mitranya dalam pemerintahan karena menghalangi reformasi ekonomi yang dapat menyelesaikan krisis. Dia memberi tenggat waktu 72 jam untuk berhenti menghalanginya, jika tidak, dia mengisyaratkan akan mundur.
Sebelumnya, pada hari Sabtu, Geagea mengatakan bahwa jika terjadi pengunduran diri Presiden Lebanon, Michel Aoun, pada tahap ini akan memperumit masalah lebih lanjut. Sebab, masalahnya bukan pada sistem politik Lebanon tetapi pada mayoritas orang yang berkuasa, seperti dikutip Al Arabiya.
Dia berkata, “Saya pikir dengan mayoritas menteri ini, kami tidak bisa ke mana-mana.” Dan ditambahkan bahwa setiap perubahan radikal di Lebanon dimulai dengan pembentukan pemerintahan baru. Geagea menyalahkan Hizbullah atas situasi saat ini di Lebanon.
Dia menghormati para demonstran di wilayah Selatan dan Lembah Bekaa, dua wilayah yang menjadi basis dukungan Gerakan Hizbullah dan Syiah Amal, Dia menganggap gerakan rakyat di daerah ini "sangat terhormat", terutama karena jelas bahwa Hizbullah dan Syiah Amal tidak menginginkan aksi seperti itu di daerah-daerah seperti Nabatieh, Tirus, Kfarreman, dan berbagai desa di Selatan dan Lembah Bekaa, menurut laporkan Kantor Berita Nasional (NAA), Lebanon.
Tentang pernyataan Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, pada hari Sabtu yang menentang pengunduran diri anggota kabinet, Geagea mengatakan, "Ada kontradiksi yang jelas dalam kata-kata Hassan Nasrallah, dalam menunjuk ke krisis kepercayaan di antara rakyat dan negara, di satu sisi, sementara dia justru menyerukan untuk mempertahankan pemerintahan, di sisi lain."
Tentang tenggat waktu 72 jam yang diberikan Perdana Menteri Saad Hariri, Geagea mempertimbangkan bahwa "Perdana Menteri bertekad untuk menjadi positif sampai saat terakhir." Dia menambahkan: "Saya menghargai ini, tetapi saya tidak mendukungnya, karena saat ini mayoritas menteri tidak memiliki harapan. "
Sebelumnya dalam sebuah wawancara dengan Al Arabiya, Geagea mengatakan bahwa Lebanon tidak bisa menjadi negara yang efektif dan kuat selama Hizbullah terus dipersenjatai.
Editor : Sabar Subekti
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...