Pasca Serangan di RS Kunduz, 33 Staf MSF Masih Hilang
KABUL, SATUHARAPAN.COM – Sebanyak 33 orang staf Dokter Tanpa Batas (Doctors Without Borders atau Medecins Sans Frontieres / MSF) di rumah sakit Kunduz, Afganistan yang diserang militer Amerika Serikat masih hilang.
Hal itu membuat kemarahan internasional atas serangan udara pada fasilitas bantuan medis di Afganistan. Demikian dikatakan MSF, hari Kamis (8/10).
Mereka yang masih dinyatakan hilang adalah sembilan pasien rumah sakit, dan 24 orang staf MSF, menurut Guilhem Molinie, perwakilan MSF di Afghanistan.
"Kami masih shock," kata Molinie dalam konferensi pers di Kabul, seperti dikutip AFP. "Kami kehilangan banyak rekan, dan pada saat itu jelas bahwa kami tidak ingin mengambil risiko bagi staf kami. Kami tidak mengontrol rumah sakit."
Serangan udara pada dini hari, Sabtu (3/10) itu membunuh 12 staf MSF dan 10 pasien, dan menyebabkan organisasi bantuan medis itu menutup pusat layanan medis untuk trauma. Wilayah itu, dan umumnya Afganistan terus dirundung konflik bersenjata, dan masyarakat mengalami kekurangan pelayanan medis.
Obama Minta Maaf
Sementara itu, surat kabar New York Times mengatakan bahwa komandan tertinggi AS dan NATO di Afghanistan menduga pasukan AS melanggar aturan mereka sendiri dalam keterlibatan pelaksanaan serangan.
Presiden AS, Barack Obama, pada hari Rabu (7/10) juga telah meminta maaf kepada Direktur Internasional MSF, Joanne Liu. Dia mengakui bahwa serangan itu sebuah kesalahan, dan menjkanjikan penyelidikan yang transparan.
Tiga pihak yang terlibat dalam serangan adalah militer AS, NATO dan pejabat Afghanistan. Pihak MSF mengutuk serangan itu dan menyebutnya sebagai kejahatan perang. Aktivis ini meminta menyelidikan oleh pihak independen internasional, karena serangan pada fasilitas medis itu bertentangabn dengan Konvensi Jenewa.
"Kami tidak bisa mengandalkan penyelidikan internal militer (AS)," kata Liu di Jenewa. Dia minta Tim Pencari Fakta Kemanusiaan Internasional menyelidikan kasus serangan itu.
Kelompok bantuan internasional, PBB dan aktivis meningkatkan tekanan pada AS atas serangan yang terjadi pada hari setelah militan Taliban menyerbu kota Kunduz di Afganistan bagian utara.
Kondisi kekuarangan pangan, air, perang dan warga yang terluka, menimpa wilayah Kunduz. Pertempuran masih terjadi di jalanan, dan kota itu kehilangan fasilitas kesehatan yang penting. Pada hari Kamis (8/10), Molinie mengatakan, MSF belum menerima jaminan bahwa mereka akan aman dan "percaya diri" untuk kembali ke Kunduz.
"MSF akan meninjau kondisi keamanan pada semua operasinya di Afghanistan," kata Direktur Umum MSF, Christopher Stokes.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...