Paulus dan Silas: Tetap Gembira Meski Raga Terpasung
SATUHARAPAN.COM - ”Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka.” Demikianlah catatan Lukas berkenaan dengan pemenjaraan Paulus dan Silas di Filipi (Kis. 16:25).
Penjara tidak membuat Paulus dan Silas muram. Keterkekangan tidak membuat hati gundah. Raga boleh terpasung, tetapi hati tidak. Mengapa? Agaknya, mereka percaya bahwa—dalam situasi dan kondisi apa pun—mereka berada dalam persekutuan dengan Allah! Dan persekutuan itu diwujudkan dalam doa dan pujian.
Penjara mungkin buruk dalam pandangan manusia, tetapi bagi Paulus dan Silas merupakan arena untuk memperlihatkan jati diri sebagai murid Kristus. Mereka memahami bahwa bukan tanpa maksud Allah mengizinkan mereka berada dalam penjara.
Tindakan keduanya membuat heran narapidana lainnya, juga kepala penjara itu. Mungkin saja, kepala penjara itu bertanya-tanya mengapa kedua orang itu tidak cemberut atau marah, malah bergembira? Paulus dan Silas memang bukan kriminal. Dan mungkin karena alasan itulah keduanya tetap bisa merasa damai meski kaki-kaki mereka terbelenggu.
Lebih mengherankan, keduanya tidak lari keluar ketika gempa bumi menghancurkan penjara dan belenggu-belenggu mereka terlepas. Kelihatannya ada sesuatu yang berbeda dalam diri mereka. Sehingga pertanyaan—”Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?”— menjadi sangat relevan! Kepala penjara itu agaknya juga ingin memiliki kedamaian dan kegembiraan hati itu. Dan pertanyaan itulah yang menjadi pintu masuk bagi Paulus untuk membagikan kegembiraan dalam Kristus yang mereka miliki.
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...