Paus Fransiskus ke Irak, Bertemu Tokoh Islam Syiah
Pada kunjungan 5-8 Maret itu Paus juga akan ke Niniwe dan Mosul bertemu komunitas Kristen yang menderita akibat serangan ISIS.
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Paus Fransiskus akan bertemu dengan ulama Muslim Syiah Irak, Ali al-Sistani, selama perjalanan PADA bulan depan yang juga akan meliputi ziarah ke komunitas Kristen kuno yang dihancurkan dalam pertempuran dengan kelompok Negara Islam atau ISIS.
Vatikan pada hari Senin (8/1) merilis rencana perjalanan kunjungan Paus Fransiskus pada 5-8 Maret ke Irak, perjalanan luar negeri pertamanya sejak dilarang selama 16 bulan karena pandemi virus corona. Paus berusia 84 tahun, yang telah divaksinasi COVID-19, tampaknya berniat untuk melanjutkan perjalanan meskipun ada pandemi dan masalah keamanan yang berkepanjangan.
Alasan utama Paus Fransiskus melakukan perjalanan kepausan pertama kali ke Irak adalah untuk mendorong umat Kristen di negara itu, yang menghadapi diskriminasi puluhan tahun oleh Muslim Irak sebelum dianiaya oleh kelompok Negara Islam mulai tahun 2014.
Paus bermaksud mengunjungi Irak tahun itu, seperti yang dilakukan St. Yohanes Paulus II pada tahun 2000, tetapi keduanya harus membatalkan perjalanan mereka karena masalah keamanan.
Pada hari pertamanya di Baghdad, Paus Fransiskus akan bertemu dengan para pastor dan biarawati Katolik di Our Lady of Salvation Church, tempat pembantaian pada tahun 2010 yang menewaskan 58 orang dan diklaim oleh kelompok Al-Qaeda di Irak, yang kemudian terpecah menjadi ISIS. .
Keesokan harinya, Paus Fransiskus melakukan perjalanan ke Najaf, rumah Al-Sistani, salah satu pemimpin Syiah terkemuka dunia. Dia juga akan menjadi tuan rumah pertemuan antaragama hari itu di kota kuno Ur, tempat kelahiran Abraham.
Paus Fransiskus telah menghabiskan waktu bertahun-tahun mencoba meningkatkan hubungan Kristen dengan Muslim, dan pertemuannya dengan Al-Sistani akan menandai salah satu pertemuan terpentingnya dengan seorang pemimpin Syiah. Paus telah menjalin hubungan dekat dengan pemimpin Sunni terkemuka, Sheikh Ahmed el-Tayeb, imam besar Al-Azhar.
Komunitas Kristen
Hari terakhir Fransiskus di Irak akan berada di wilayah Kurdi di utara, di mana dia akan mengunjungi Mosul dan Qaraqosh di Dataran Niniwe, kota Kristen terbesar di Irak tempat penduduk melarikan diri ketika ISIS menyerang pada tahun 2014.
Kembalinya orang-orang Kristen yang terlantar ke Irak utara sejak wilayah itu dibebaskan dari ISIS pada 2017 tetap menjadi masalah yang diperdebatkan. Vatikan telah mendorong mereka yang melarikan diri untuk kembali dan memastikan kehadiran Kristen yang berkelanjutan di daerah yang berasal dari zaman Kristus.
Banyak keluarga Kristen tetap mengungsi di wilayah Kurdi, mengatakan rumah mereka di Mosul masih hancur dan tak bisa dihuni. Yang lainnya takut akan kehadiran milisi yang ditempatkan di dalam dan sekitar Dataran Niniwe. Qaraqosh, sebuah desa yang mayoritas beragama Kristen, menjadi simbol penderitaan umat Kristen Irak sejak pertempuran pembebasan terjadi dan dimenangkan.
ISIS mempertahankan keberadaannya di Irak utara dan mampu melaksanakan operasi melalui sel tidur aktif yang menargetkan pasukan keamanan Irak. Serangan di Niniwe telah mereda tahun lalu, tetapi kelompok tersebut aktif di Provinsi terdekat Kirkuk dan Diyala.
Paus Fransiskus juga akan mengadakan doa "untuk para korban perang" di lapangan gereja di Mosul. Banyak gereja Mosul dihancurkan oleh jihadis ISIS dan serangan udara selama perang. Membangun kembali mereka telah terlambat selama bertahun-tahun. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...