Paus Fransiskus: Kebebasan Berekspresi Ada Batasnya
MANILA, SATUHARAPAN.COM – Paus Fransiskus menegaskan, ia membela kebebasan berekspresi setelah tragedi serangan majalah satir Prancis Charlie Hebdo pekan lalu. Namun, kebebasan berekspresi ini menurut Paus tetap ada batasnya.
Paus mengatakan agama harus diperlakukan dengan hormat sehingga orang tidak seenaknya menghina atau mengejek agama lain.
Untuk menggambarkan hal itu, dia mengatakan kepada wartawan bahwa asistennya bisa mengharapkan pukulan jika dia dikutuk ibunya.
Paus Fransiskus mengatakan serangan yang terjadi pekan lalu adalah sebuah penyimpangan dan kekerasan yang tidak dibenarkan oleh Tuhan.
Paus kukuh membela kebebasan berekspresi, tapi kemudian dia mengatakan, ada batas, terutama ketika orang akan mengejek agama.
“Jika teman baik saya Dokter Gasparri (yang mengatur perjalanan Paus, Red) berbicara buruk tentang ibu saya, dia bisa kena tinju,” katanya saat melakukan kunjungan di Filipina seperti dikutip situs BBC pada Jumat (16/1). Paus mengatakan sambil bercanda dan mempraktikkan tinjauan itu kepada Dokter Gasparri yang berdiri di sampingnya.
“Anda tidak bisa memprovokasi. Anda tidak bisa menghina iman orang lain. Anda tidak bisa mengolok-olok iman orang lain. Ada batasnya,” Paus menambahkan.
Korban Fanatisme
Sebelumnya, Presiden Prancis Francois Hollande berjanji untuk melindungi seluruh umat yang katanya menjadi korban utama fanatisme, termasuk umat Islam dan umat-umat dari agama lain.
Ketika berbicara di Arab World Institute, Hollande mengatakan tindakan anti-Muslim dan anti-Semit harus dikutuk dan dihukum.
Dalam perkembangan terpisah, pemerintah mengumumkan karyawan Mali dari supermarket Yahudi yang diserang akan diberikan kewarganegaraan Prancis.
Di Pakistan, Kamis (14/1) anggota parlemen menyetujui sebuah resolusi yang mengutuk publikasi gambar. Ratusan demonstran dari partai agama juga menyerukan kartunis yang menggambar Nabi Muhammad harus digantung.
Tragedi Charlie Hebdo
Pekan lalu, media Prancis melaporkan beberapa pria bersenjata yang mengenakan kerudung hitam menyerbu kantor majalah yang berlokasi di pinggiran kota Paris sebelum menembakkan senjata otomatis.
Presiden Prancis Francois Hollande mengatakan serangan itu adalah tindakan barbar dan serangan terhadap kebebasan. Ia mengumumkan bahwa tingkat siaga teror Prancis kini akan dinaikkan ke level tertinggi.
Pemimpin redaksi dan kartunis-kartunis media Charlie Hebdo merupakan beberapa dari 12 korban yang meninggal. Pemred Charlie Hebdo, Stephane Charbonnier, yang dikenal sebagai Charb, serta kartunis-kartunis yang masing-masing dikenal dengan Cabu, Tignous dan Wolinski terbunuh dalam serangan tersebut. (bbc.com)
Editor : Bayu Probo
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...